Bisnis.com, JAKARTA--Sentimen global baru sepanjang pekan ini mewarnai pergerakan pasar obligasi nasional dengan kecenderungan mendorong penguatan.
Maximilianus Nico Demus, kepala divisi riset Indomitra Sekuritas, mengatakan bahwa total transaksi dan frekuensi perdagangan obligasi kemarin, Rabu (1/11/2017) turun dibandingkan hari sebelumnya di tengah adanya penguatan harga yang terjadi kemarin.
Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 10 tahun (10y) – 15y, diikuti dengan < 1y dan 5y – 7y. Sisanya merata disemua tenor hingga 25y.
Nico menilai, pasar obligasi kemarin terlihat sedikit menahan diri, terkait dengan adanya FOMC meeting pada dini hari kemarin ditambah dengan adanya data inflasi yang lebih rendah dari perkiraaan sehingga mampu memberikan penguatan lebih kepada pasar obligasi.
"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat terbatas," ungkapnya dalam riset, Kamis (2/11/2017). "Kami merekomendasikan beli hari ini," tambahnya.
Nico mengatakan, FOMC meeting yang lebih percaya diri membuat imbal hasil US Tresuary meningkat. Tidak hanya itu saja, inflasi yang sesuai dengan target juga membuat Fed Rate semakin yakin untuk menaikkan tingkat suku bunganya pada Desember nanti.
Di satu sisi, menurut kabar yang beredar, Trumph juga telah memilih Powell sebagai pengganti Yellen nantinya, meskipun kabar ini masih belum resmi diumumkan.
"Tentu hal ini akan membuat The Fed lebih optimis menatap perekonomian tahun depan. Hal ini pula yang terus mendorong capital outflow untuk terus terjadi," ungkapnya.
Hingga saat ini porsi kepemilikan asing terus menyusut hingga 38.4%, hal ini akan terus menekan rupiah untuk terus melemah.
Beralih dari sana, inflasi rendah yang keluar kemarin juga memberikan ekspektasi bahwa target inflasi sesuai dengan target pemerintah. Sehingga ruang penguatan obligasi mulai terlihat kemarin.