Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menguat Terungkit Pelemahan Yen, Rupiah Kembali Loyo

Rupiah ditutup melemah 0,18% atau 24 poin di Rp13.543 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 0,06% atau 8 poin di Rp13.527.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berlanjut melanjutkan pelemahannya di hari kelima berturut-turut, Senin (23/10/2017), di tengah naiknya indeks dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,18% atau 24 poin di Rp13.543 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 0,06% atau 8 poin di Rp13.527. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.523 – Rp13.543 per dolar AS.

Bersama rupiah, kinerja mayoritas mata uang Asia terpantau melemah, dipimpin yen Jepang dan renminbi China masing-masing sebesar 0,26%, dan ringgit Malaysia yang melemah 0,24%.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,26% atau 0,242 poin ke 93,943 pada pukul 16.41 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,07% atau 0,064 poin di level 93,765.

Dilansir Bloomberg, indeks dolar menguat seiring dengan merosotnya kinerja mata uang yen Jepang menyusul kemenangan partai berkuasa Jepang yang dipimpin Perdana Menteri Shinzo Abe.

Koalisi yang terdiri dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Komeito memenangkan 312 dari 465 kursi di majelis rendah, menurut perhitungan cepat. Dengan kemenangan lebih dari 310 kursi, koalisi tersebut disebut sebagai mayoritas super.

Kemenangan Abe itu berarti strategi pertumbuhan yang berpusat pada kebijakan moneter, yang biasa disebut ‘Abenomics’ kemungkinan akan berlanjut.

Kekhawatiran atas ketidakpastian bahwa langkah ekonomi yang diimplementasikan di bawah kepemimpinan Abe, seperti kebijakan moneter super longgar Bank of Japan, akan terganggu pun mereda sekaligus mengurangi daya tarik yen sebagai aset safe haven.

“Hasil pemilu tersebut memperkuat harapan pengangkatan kembali Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda atau orang lain dengan sikap serupa sebagai gubernur berikutnya untuk memperpanjang pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Yuji Saito, direktur eksekutif depertemen valuta asing Agricole CIB, seperti dikutip dari Bloomberg.

“Hal ini membuat nilai tukar yen terhadap dolar AS lebih responsif terhadap kenaikan imbal hasil obligasi AS,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper