Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LSIP Fokus Ekspansi Organik

Emiten perkebunan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. fokus pada ekspansi organik dengan menggarap areal tanaman sawit yang belum menghasilkan sekitar 10.000 hektare.
Kelapa sawit./Bloomberg-Taylor Weidman
Kelapa sawit./Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA--Emiten perkebunan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. fokus pada ekspansi organik dengan menggarap areal tanaman sawit yang belum menghasilkan sekitar 10.000 hektare.

Benny Tjoeng, Presiden Direktur PP London Sumatra Indonesia, mengatakan perseroan memiliki total areal kebun seluas 114.649 hektare. Areal tersebut terdiri dari kebun sawit seluas 94.829 hektare dan kebun karet 16.191 hektare, serta kebun tanaman lain terutama kakao dan teh seluas 3.629 hektare.

"Kami akan tetap fokus pada pertumbuhan organik. Saat ini ada sekitar 10.000 hektare tanaman yang belum menghasilkan," kata Benny di sela Public Expose Marathon, Rabu (9/8).

Untuk ekspansi usaha, emiten berkode saham LSIP ini menyiapkan belanja modal sebesar Rp600 miliar pada 2017. Hingga akhir Juni, perseroan Grup Salim ini telah menyerap belanja modal sebesar Rp150 miliar.

Sejalan dengan strategi pertumbuhan organik, mayoritas belanja modal dikucurkan untuk tanaman yang belum menghasilkan, pembangunan infrastruktur dan perumahan karyawan.

Sepanjang semester I/2017, produksi tandan buah segar LSIP naik 20% menjadi 585.600 ton, sehingga produksi CPO meningkat 17% menjadi 180.500 ton dan palm kernel 49.700 ton naik 23% secara year-on-year.

Pada 2016, produktivitas kebun LSIP tercatat 6,7 ton TBS per hektare kebun. Adapun tingkat ekstraksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 23%.

Hingga akhir Juni 2017, LSIP mengoperasikan 21 pabrik kelapa sawit termasuk tambahan satu unit PKS baru di Sumatera Selatan dengan kapasitas 30 ton/jam yang baru beroperasi pada Mei 2017.

"Untuk outlook harga CPO sangat tergantung supply dan demand. Di global tergantung internal China, India, dan Pakistan, di lokal ada kebijakan B20. Kami proyeksi harga cenderung stabil seperti saat ini, kecuali ada perkembangan signifikan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper