Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Minyak Libya Sudah Lampaui 1 Juta Barel

Harga minyak mentah rentan mengalami koreksi seiring dengan adanya laporan volume produksi Libya melampaui 1 juta barel.
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI
Harga minyak mentah Indonesia turun./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah rentan mengalami koreksi seiring dengan adanya laporan volume produksi Libya melampaui 1 juta barel.

Pada perdagangan Senin (3/7/2017) pukul 10.53 WIB harga minyak WTI kontrak Agustus 2017 meningkat 0,16 poin atau 0,35% menuju US$46,20 per barel. Sementara minyak Brent kontrak September 2017 menguat 0,11 poin atau 0,23% menjadi US$48,88 per barel.

Harga menunjukkan kenaikan dalam 8 sesi berturut-turut. Namun demikian, harga minyak sepanjang tahun berjalan masih terkoreksi sekitar 14%.

Menurut salah satu sumber Bloomberg, volume produksi minyak Libya kini sudah mencapai 1,005 juta barel per hari (bph). Ini merupakan level tertinggi sejak Juni 2013 saat negara tersebut memompa 1,13 juta bph.

Volume produksi Libya sudah pulih dari awal 2017 di posisi 690.000 bph. Saat itu, negara masih menghadapi serangan pihak militan, sehingga aktivitas penambangan terganggu.

Chairman National Oil Corp. (NOC) Mustafa Sanalla sebelumnya pada April 2017 menyampaikan pihaknya akan menggenjot produksi hingga 1,1 juta bph pada Agustus 2017.

Menurut commodities analyst HSH Nordbank AG Jan Edelmann volume produksi Libya pada kuartal III/2017 tidak jauh dari target pemerintah. Namun, aktivitas pemompaan bisa berkurang seiring dengan risiko politik di dalam negeri yang masih membayangi.

“Pasar akan melihat adanya penambahan produksi Libya sekitar 300.000 bph pada kuartal III/2017 dibandingkan triwulan pertama tahun ini,” tuturnya.

Libya yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar di Benua Afrika sempat memproduksi sekitar 1,6 juta bph sebelum pemberontakan pecah pada 2011. Sejak saat itu, tingkat produksi relatif berkurang.

Kini, pasar mewaspadai penampahan pasokan dari negara tersebut. Libya termasuk salah satu negara, selain Nigeria, yang dibebaskan dari perjanjian pemangkasan produksi OPEC sampai kuartal I/2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Sumber : bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper