Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah memprediksi nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2018 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu atau berada di kisaran Rp13.500 hingga Rp13.800.
Pasalnya, kondisi global yang belum stabil membuat pemerintah ragu-ragu dalam menargetkan nilai tukar.
Padahal, jika dibandingkan dengan 2017, suku bunga SPN 3 bulan lebih tinggi tepatnya berada dikisaran 4,8 hingga 5,6%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan prediksi tersebut faktor global yang menjadi tantangan pemerintah antara lain, normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Eropa, perkembangan ekonomi di RRT, faktor geo-politik serta keamanan regional dan dunia.
“Dalam kesempatan ini, perlu saya sampaikan sekali lagi bahwa depresiasi Rupiah tidak selalu berarti negatif terhadap perekonomian domestik,” ujar Sri Mulyani saat memaparkan RAPBN 2018 di Kompleks Parlemen, Jumat (19/5).
Lebih lanjut, depresiasi nilai tukar pada batas-batas tertentu akan berdampak positif bagi perbaikan daya saing produk ekspor Indonesia, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Permasalahan utamanya adalah bagaimana mengelola pergerakan nilai tukar tersebut agar tidak terjadi gejolak atau volatilitas yang menganggu iklim usaha dan aktivitas ekonomi.