Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sewa menara PT Bali Towerindo Sentra Tbk. (BALI) mendapat pinjaman senilai US$1 juta dan Rp114 miliar dari Bank Sinarmas.
Dana US$1 juta merupakan tambahan plafond fasilitas dan jangka waktu LC/SKBDN Line (Sight & Usance) sublimit Trust Receipt dengan jangka waktu perpanjangan enam bulan hingga 29 September 2017.
Fasilitas LC/SKBDN Line akan digunakan untuk membeli peralatan menara microcell pole (MCP) dan jaringan fiber-to-the-home (FTTH), baik impor maupun lokal. Adapun, fasilitas Trust Receipt akan dipakai untuk melunasi outstanding LC/SKBDN Line (Sight & Usance) saat jatuh tempo.
Jaminan atas fasilitas senilai US$1 juta tersebut yakni cash margin berupa setoran jaminan minimal sebesar 10% dari nominal LC/SKBDN yang diterbitkan. Jaminan lain yakni seluruh persediaan barang yang akan dibeli dengan menggunakan pembiayaan dari fasilitas LC/SKBDN atau T/R di Bank Sinarmas.
Sebelumnya, Bali Towerindo menandantangani perjanjian kredit dengan Bank Sinarmas sesuia dengan Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Letter of Credit atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Line (Sight and Usance) sublimit Trust Receipt pada 29 Maret 2016.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (13/12/2016), tambahan plafond fasilitas tersebut ditandatangani pada 8 Desember 2016, bersama dengan tiga pinjaman lain yang senilai total Rp114 miliar.
Rinciannya, Term Loan XI (non-revolving/ uncommitted) senilai Rp72 miliar dengan jangka waktku 60 bulan sejak pencairan kredit, termasuk 12 bulan grace period. Dana tersebut rencananya dipakai untuk membiayai pembangunan menara MCP yang akan dibangun di Indonesia, khususnya di Jabodetabek.
Pinjaman berikutnya yakni Term Loan XII (non-revolving/ uncommitted) senilai Rp32 miliar dengan jangka waktu 60 bulan sejak pencairan kredit, termasuk 12 bulan grace period. Rencananya, dana itu akan dipakai untuk membiayai pembangunan jaringan FTTH di Indonesia, khususnya Jabodetabek.
BALI juga memperoleh tambahan plafond fasilitas demand loan senilai Rp10 miliar dengan jangka waktu 14 April 2017. Dana pinjaman itu akan digunakan untuk membeli komponen menara MCP maupun jaringan FTTH, baik impor maupun lokal.