Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BADAI EFEK TRUMP: Sekuritas Ramai Pangkas Target IHSG 2016

Terpilihnya Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, menimbulkan kekhawatiran baru bagi pelaku pasar. Target Indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir tahun pun dipangkas.
Pengunjuk rasa anti-Trump di Salt Lake City, Utah, AS, 12 November 2016./Reuters-Jim Urquhart
Pengunjuk rasa anti-Trump di Salt Lake City, Utah, AS, 12 November 2016./Reuters-Jim Urquhart

Bisnis.com, JAKARTA - Terpilihnya Donald J. Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, menimbulkan kekhawatiran baru bagi pelaku pasar. Target Indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir tahun pun dipangkas.

Analis PT Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo kembali menurunkan target IHSG akhir tahun ini ke prediksi awal, setelah Trump terpilih menjadi presiden AS. Trump dinilai menimbulkan gejolak politik di AS hingga memicu aksi unjuk rasa oleh masyarakat Negeri Paman Sam tersebut.

Awalnya, Lucky Bayu menaikkan target IHSG akhir tahun dari 5.500 menjadi 5.600-5.600 setelah kesuksesan program amnesti pajak. Namun, kini dia kembali menurunkan target IHSG kembali ke level maksimum 5.500.

"Masyarakat AS turun ke jalan, itu menganggu stabilitas kepercayaan investor kepada AS. Demo ini dilakukan setelah Trump terpilih, padahal masih ada pemilihan menteri-menterinya," kata dia kepada Bisnis.com, Minggu (13/11/2016).

Akhir pekan lalu, IHSG ditutup merosot 4,01% sebesar 218,33 poin ke level 5.231,97, seiring pelemahan market global. Investor asing membukukan net sell Rp2,46 triliun dan mengikis perolehan net buy sejak awal tahun menjadi Rp28,44 triliun.

IHSG Sideways

Dia memperkirakan, laju IHSG hingga akhir tahun berada pada kondisi sideways. Pelemahan sepanjang pekan lalu sebesar 2,44% dinilai belum menjadi tren koreksi di lantai bursa.

Bursa Indonesia yang terkoreksi paling dalam di Asia Pasifik dinilai terjadi lantaran keterkejutan investor. Koreksi itu membuat IHSG kembali terlempar dari jajaran bursa dengan penguatan tertinggi di antara indeks utama dunia.

Pelemahan IHSG terseret oleh nilai tukar rupiah yang terdepresiasi 1,86% sebesar 245 poin ke level Rp13.383 per dolar AS. Rupiah diproyeksi masih akan melemah ke level Rp13.800 pada pekan ini.

Hal senada diungkapkan oleh Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo yang memangkas target IHSG akhir tahun. Awalnya, dia menargetkan IHSG akhir tahun dapat menyentuh level 5.600-5.750.

Tump Faktor Kekhawatiran Baru

Akan tetapi, sisa sebulan menuju akhir tahun, terjadi perubahan besar terutama akibat terpilihnya Trump mengalahkan Hillary Rodham Clinton. Dia menilai Trump menjadi faktor kekhawatiran baru bagi pelaku pasar.

"Investor masih agak aneh, sehari naik, sehari turun. Saya belum bisa memastikan kekacauan ini akan bertahan atau segera pergi. Tapi kita perlu mempersiapkan skenario yang lebih rasional," kata Satrio.

Jika IHSG masih akan terkoreksi, sambungnya, tentu dalam batas yang wajar. Ketidakpastian baru tersebut tidak diduga oleh pelaku pasar. Market dalam kondisi tidak siap dan emerging market paling terkena imbasnya.

Efek Trump menguatkan kemungkinan Federal Reserve segera mengerek suku bunga Fed Fund Rate (FFR). Dalam kampanyenya, Trump ingin mencopot Jannet Yellen karena dinilai The Fed terlalu lambat memutuskan kenaikan suku bunga acuan.

Capital Outflow Diprediksi Deras

Bursa Indonesia, kata dia, berpotensi terjadi capital outflow bila The Fed menaikkan suku bunga pada Desember ini. Portofolio investor asing di pasar modal masih terbilang besar mencapai Rp19,4 triliun.

Awal pekan ini, IHSG diproyeksi berada di level resistance 5.305. Bila level tersebut berhasil ditembus, maka ketakutan dari pelaku pasar telah mereda. Namun, secara teknikal, IHSG masih berpotensi terkoreksi ke level 5.130-5.180 dengan batas wajar hingga 4.800 jika level 5.175 gagal dipertahankan.

PT Daewoo Securities Indonesia dalam laman resmi mengumumkan adanya penyesuaian portofolio investasi. Daewoo mengurangi eksposure di semua sektor hingga 30%.

Meski mempertahankan pandangan positif terhadap pasar modal Indonesia, Daewoo menempatkan posisi underweight akibat peningkatan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed. Potensi itu terjadi setelah Trump terpilih sebagai presiden yang ingin menggenjot pengeluaran pemerintah AS.

Analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe, tidak memangkas target IHSG akhir tahun, pada rentang 5.100-5.500. IHSG diproyeksi tidak akan menembus level tertinggi sepanjang sejarah 5.524.

"Tidak bisa new all time high, hanya akan sideways. Sekarang dekat-dekat 5.100 itu posisi aman untuk beli," kata dia.

Window Dressing Akhir 2016

Dia menilai, masih akan terjadi aksi window dressing menjelang akhir tahun. Namun, aksi window dressing hanya akan terjadi pada saham-saham blue chips yang dikempit oleh manager investasi raksasa dengan catatan harganya masih murah.

Dia mengingatkan, akan terjadi pelarian modal dari Indonesia setelah Trump dilantik sebagi presiden. Hal itu bakal bergantung pada program dan menteri yang dipilih oleh Trump pada Januari 2017 mendatang.

Sebaliknya, analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya, justru tetap optimistis IHSG bakal menembus all time high pada tahun ini. Dia tidak merevisi target IHSG akhir tahun, tetap di level 5.524.

"Saya tidak memangkas target IHSG. Donald Trump itu pengusaha, tidak mungkin dia ingin ekonomi negaranya kacau. Agenda dia pastinya yang pro dengan kondisi perekonomian," tuturnya.

Level All Time High IHSG

Level tertinggi sepanjang sejarah bahkan diperkirakan dicapai pada November. Pendorongnya, cadangan devisa yang kuat, inflasi terjaga, pertumbuhan ekonomi positif, hingga neraca perdagangan yang baik.

Indonesia dinilai memiliki cerita sendiri. Justru, saat ini adalah kesempatan yang tepat bagi pelaku pasar untuk memborong portofolio di lantai bursa.

Menukiknya rupiah membuat panik pasar obligasi. Jumat silam, imbal hasil surat utang negara (SUN) seluruh tenor di pasar sekunder naik tajam. Imbal hasil FR0056 bertenor 10 tahun naik 37 bps ke posisi 7,73%, sedangkan imbal hasil FR0072 bertenor 20 tahun naik 34 bps ke posisi 8,27%.

Bloomberg menyebut terjunnya imbal hasil bertenor 10 tahun pada Jumat lalu merupakan kejatuhan terparah sejak Januari 2014. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper