Bisnis.com, JAKARTA - Harga rupiah terhadap dolar AS diyakini melanjutkan tren penguatan dalam sepekan ini seiring dengan membaiknya sentimen domestik. Mata uang Garuda diprediksi bergerak di kisaran Rp13.050--Rp13.150 per dolar AS.
Pada perdagangan Senin (26/9/2016), rupiah ditutup menguat 40 poin atau 0,31% ke level 13.041 per dolar AS dengan kurs tengah BI Rp13.076 per dolar AS. Dalam sepekan kemarin, rupiah berhasil meningkat 74 poin atau 0,56% dibandingkan minggu sebelumnya.
Andri Hardianto, Analis Asia Trade Point Futures, menuturkan, pergerakan rupiah pada pekan kemarin lebih dipengaruhi sentimen eksternal, yakni rapat Bank Sentral AS. Dalam Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 21-22 September 2016, The Fed memutuskan penundaan kenaikan suku bunga, sehingga melemahkan harga dolar AS.
Pekan lalu, indeks dolar terkoreksi 0,56% menuju 95,477. Adapun hari ini pada pukul 17:02 WIB, dolar kembali turun menjadi 95,416.
Selain itu, meningkatnya harga minyak turut menjadi sentimen positif terhadap rupiah. Komoditas tersebut terangkat seiring dengan optimisme adanya pembatasan suplai pada International Energy Forum di Aljazair tanggal 26-28 September 2016.
Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia memangkas BI 7-days reverse repo rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin menjadi 5%, suku bunga depocit facility 25 bps menjadi 4,25%, dan lending facility 25 bps menjadi 5,75% juga merupakan katalis positif terhadap rupiah. Pasar modal di dalam negeri pun mengalami penguatan.
Andri melanjutkan, dalam seminggu ini rupiah berpeluang melanjutkan penguatan dengan rentang harga di kisaran Rp13.150--Rp13.250 per dolar AS. Tidak seperti pekan kemarin saat pasar menanti hasil FOMC, kini sentimen domestik akan memegang peranan utama.
"Sentimen domestik akan lebih memegang peranan pekan ini. Secara fundamental, rupiah masih cukup kuat menghadapi faktor-faktor eskternal," tuturnya kepada Bisnis, Senin (26/9/2016).
Melanjutkan dari pekan lalu, sentimen domestik masih akan datang dari keputusan pemangkasan suku bunga acuan dan program pengampunan pajak. Pelaku usaha mengharapkan adanya perpanjangan proses administrasi pendaftaran, sehingga dana tebusan kembali meningkat.
Meskipun demikian, pasar masih harus mewaspadai berbagai sentimen eksternal. Pada Senin (26/9/2016) Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda memberikan pernyataan tentang rencana bank sentral mengejar target inflasi 2% pada 2016 melalui berbagai cara.
Pada tanggal yang sama, Paman Sam akan merilis data penjualan rumah baru, yang menjadi salah satu indikator pergerakan mata uang dolar AS. Adapun pada Kamis (29/9/2016), AS bakal mengeluarkan data pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal II/2016.
Sebagai informasi, data PDB AS dikeluarkan dalam tiga tahap, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir). Data yang keluar pada pekan ini merupakan PDB advance.
Pasar juga menunggu sejauh mana diskusi OPEC dan negara produsen minyak mentah lainnya dalam ajang IEF. Bila harga minyak positif, maka dapat membantu penguatan rupiah.