Bisnis.com, JAKARTA— Rupiah berpeluang kembali melemah pada perdagangan Selasa (23/8/2016) didorong sentiment negatif dari dalam dan luar negeri.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan penguatan indeks dolar yang dipicu oleh pernyataan pejabat tinggi the Fed mengenai perekonomian AS yang terus membaik ternyata tidak terlalu solid untuk mempertahankan kembalinya penguatan indeks dolar.
Indeks dolar ditutup stabil setelah mengoreksi penguatannya di pembukaan bersamaan dengan imbal hasil US Treasury yang turun. Sementara itu, spekulasi pembatasan produksi oleh OPEC mulai tertutupi oleh kenaikan ekspor BBM Tiongkok serta produksi minyak AS dan Irak sehingga memaksa harga Brent terpangkas 3,4%.
Adapun, rupiah melemah bersama dengan kurs lain di Asia hingga Senin sore. Dalam beberapa hari terakhir, terlihat pelemahan rupiah yang lebih dalam dibanding kurs rekan dagang menandakan peran serta sentimen negatif domestik.
Pasca kebijakan moneter, saat ini fokus tertuju pada kebijakan fiskal. Pencapaian tax amnesty serta rencana penghematan APBN menjadi yang utama selain usaha-usaha pemerintah lain untuk mendulang pendapatan pajak: seperti rencana kenaikan cukai rokok atau jumlah wajib pajak.
“Rupiah berpeluang kembali melemah hari ini dengan harga minyak yang turun cukup tajam semalam,” katanya dalam riset yang diterima, Selasa (23/8/2016).