Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat di tengah spekulasi bahwa Inggris akan tetap berada di Uni Eropa.
Indeks ditutup menguat setelah berfluktuasi sepanjang perdagangan, didorong oleh penguatan saham emiten migas menyusul pelemahan harga minyak mentah.
Indeks Standard & Poor’s menguat 0,27% ke posisi 2.088,90 pada penutupan perdagangan, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average juga menguat 0,14% atau 24,86 poin ke level 17.829.
"Ini sangat mirip dengan situasi Yunani, setiap kali hasil jajak pendapat Brexit keluar, ada sedikit pergeseran di pasar saham," kata Michael Antonelli, managing director Robert W. Baird & Co di Milwaukee.
Sementara itu, gubernur Federal Reserve Janet Yellen dalam pidatonya di depan anggota parlemen hari ini mengisyaratkan kehati-hatian pada prospek ekonomi parlemen. Ia mengatakan bank sentral sedang melihat apakah perekonomian akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang jelas.
Yellen juga mengatakan prospek perlambatan pertumbuhan produktivitas tidak dapat dikesampingkan, sementara juga menyebutkan beberapa potensi ancaman terhadap perekonomian dari luar AS, termasuk dari ketidakpastian atas ekspansi China dan Brexit.
Meskipun ada optimisme bahwa Inggris akan memilih untuk tinggal di Uni Eropa, hasil referendum masih belum dapat diperkirakan. Jajak pendapat terbaru dari YouGov untuk surat kabar Times menunjukkan kubu Brexit memimpin, sedangkan poling dari ORB untuk Daily Telegraph menunjukkan kubu "tetap" lebih tinggi.
Pada perdagangan Selasa, sektor energi dan teknologi membukukan penguatan terbesar di antara 10 sektor utama indeks S&P 500 dengan naik lebih dari 0,6%. Sektor bahan baku, perawatan kesehatan dan barang tersier melemah setidaknya 0,2%.
Microsoft Corp dan Apple Inc menguat masing-masing 2,2% dan 0,9%, sedangkan Marathon Oil Corp dan Kinder Morgan Inc menguat lebih dari 3,8%. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka turun 1,1% karena pasar menunggu data perseriaan minyak AS.