Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasok Pantai Gading Terhambat, Harga Kakao Cenderung Volatil

Terhambatnya pengiriman dan menurunnya kualitas kakao dari Pantai Gading sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar di dunia membuat harga cenderung bergerak volatil sepanjang 2016.
Biji Kakao. /Bisnis.com
Biji Kakao. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Terhambatnya pengiriman dan menurunnya kualitas kakao dari Pantai Gading sebagai produsen sekaligus eksportir terbesar di dunia membuat harga cenderung bergerak volatil sepanjang 2016.

Pada perdagangan Rabu (25/5) pukul 19:50 harga kakao di ICE untuk kontrak Mei 2016 naik 0,37% atau 11 poin menjadi US$2.942 per ton.

Jack Scoville, President Price Futures Group Inc. di Chicago, menuturkan pengiriman kakao dari Pantai Gading kerap mendapatkan penolakan akibat ukuran yang terlampau kecil. Selain itu, potensi tingkat konsumsi masih belum diketahui dalam waktu dekat.

"Tingkat produksi sudah bisa diprediksi, tetapi besarnya penyerapan, terutama dari wilayah Barat masih belum diketahui," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (25/5/2016).

Meskipun demikian, sebagian sebsar analis dan pengusaha memerkirakan jumlah permintaan masih melebihi pasokan. Olam International Ltd. memprediksi defisit kakao mencapai 308.000 ton, sedangkan Cargill Inc, produsen kedua terbesar di dunia, berpendapat selisih suplai dan penyerapan sekitar 160.000 ton.

Sejak awal musim di Oktober 2015 sampai dengan 22 Mei 2016, Pantai Gading diprediksi mengirimkan 1,303 juta ton kakao. Angka tersebut lebih rendah 9,4% dibandingkan musim sebelumnya. Cargill pun mengekspektasi ekspor akan menurun lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Data Bank Dunia memaparkan produksi kakao global musim 2015-2016 turun menuju 4,154 juta ton dari periode sebelumnya sebesar 4,229 juta ton. Hal tersebut salah satunya dipicu tingkat output Pantai Gading yang merosot dari 1,795 juta ton pada 2014-2015 menjadi 1,69 juta ton di musim selanjutnya.

Sepanjang kuartal I/2016, rerata harga senilai US$2,98 per kg, naik dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$2,92 per kg. Namun, pergerakan harga menunjukkan adanya volatilitas.

Pada Januari, rerata harga mencapai US$2,95 per kg, tetapi turun di Februari sebesar US$2,92 per kg, dan naik kembali di bulan selanjutnya menuju US$3,07 per kg. Hingga akhir 2016, rerata harga sepanjang tahun berjalan diprediksi sejumlah US$3,10 per kg, turun tipis dari 2015 senilai US$3,14 per kg.

"Volume suplai memang lebih baik, tetapi melemahnya permintaan, terutama oleh Eropa, yang berpengaruh menekan harga," papar Bank Dunia.

Asosiasi Kakao Eropa (European Cocoa Association/ ECA) melansir pengolahan biji cokelat di Benua Biru pada triwulan pertama 2016 sebesar 337.029 ton. Angka tersebut menurun 0,2% secara tahunan (y-o-y) dari 337.706 ton.

Laporan ECA menyebutkan, penyerapan kakao pada kuartal IV/2015 naik 6% dari tahun sebelumnya menjadi 342.442 metrik ton. Angka tersebut melebihi perkiraan delapan analis Bloomberg yang memprediksi peningkatan sebesar 2,4%.

Namun, biji cokelat telah mengalami kejatuhan permintaan seiring dengan melesunya perekonomian global. Oleh karena itu, penyerapan dalam beberapa bulan mendatang hanya bertumbuh moderat, dimana pasar Eropa masih akan dominan.

VSA Capital dalam publikasi risetnya menyampaikan, harga kakao secara tak terduga merosot pada Januari, tetapi berhasil pulih dan menguat di Februari sesuai ekspektasi pasar. Namun, mengingat masih adanya persoalan cuaca yang berdampak pada kapasitas produksi di kawasan Afrika Barat, tren harga biji cokelat dalam jangka panjang cenderung untuk bullish.

Pengiriman kakao di pelabuhan Pantai Gading pada kuartal I/2016 sebesar 1,216 juta ton, turun 3,24% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sejumlah 1,257 juta ton.

Pantai Gading, sebagai  produsen kakao terbesar di dunia, diproyeksikan pada musim 2015-2016 menghasilkan 1,69 juta ton, atau menurun 160.000 ton. Pada periode 2014-2015, negara tersebut berkontribusi 1,75 juta ton dari total output global sejumlah 4,157 juta ton.

Ghana sebagai produsen kedua terbesar global pada musim 2015-2016 dapat menghasilkan 840.000 ton, atau naik 20,74%. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper