Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di zona merah berlanjut pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (16/5/2016).
Di akhir sesi I, IHSG turun sebesar 0,60% atau 28,60 poin ke 4.733,12, dengan pergerakan di kisaran 4.727,86-4.748,82, setelah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,34% atau 16,24 poin di level 4.745,47.
Sebanyak 102 saham menguat, 147 saham melemah, dan 279 saham stagnan dari 528 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Delapan sembilan indeks sektoral IHSG bergerak di zona merah dengan tekanan utama oleh sektor aneka industri yang anjlok 2,26%, sektor finansial yang melemah 1,04%, dan sektor industri dasar yang merosot 0,94%.
Adapun sektor infrastruktur jadi satu-satunya sektor yang bergerak di zona hijau dengan penguatan sebesar 0,9%.
Dalam risetnya hari ini, analis First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan indeks harga saham gabungan akan bergerak di kisaran 4.700- 4.790 pada perdagangan hari ini.
Dikemukakan minimnya sentimen positif dan banyaknya sentimen negatif membuat indeks akan tertekan.
"Dengan beragam sentimen negatif IHSG pada awal pekan ini akan menerima cukup banyak tekanan,” kata David dalam risetnya yang diterima hari ini.
Di sisi lain, penguatan rupiah masih terpantau tipis sebesar 0,03% atau 4 poin ke Rp13.321 per dolar AS pada pukul 12.05 WIB.
Sementara itu, siang ini, Badan Pusat Statistik merilis neraca perdagangan Indonesia pada April 2016 mengalami surplus tipis US$667,2 juta.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan ekspor sepanjang April 2016 sebesar US$11,45 miliar, lebih tinggi dari nilai impor yang hanya US$10,78 miliar.
Ekspor terbesar berupa lemak dan minyak nabati senilai US$5,27 miliar diikuti ekspor bahan bakar mineral yang mencapai US$4,33 miliar. Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai US$4,97 miliar atau memegang porsi 12,22% dari keseluruhan ekspor.
Di sisi lain, impor terbesar Indonesia berupa mesin dan peralatan mekanik yang mencapai US$6,81 miliar diikuti impor mesin dan peralatan listrik sebesar US$4,79 miliar. Impor terbesar Indonesia berasal dari China atau sekitar US$9,65 miliar. Angka ini mencapai 25,76% dari keseluruhan total impor.