Bisnis.com, SEMARANG - PT Phapros Tbk., berencana merealisasikan initial public offering atau IPO pada 2021 setelah pembangunan pabrik di Pringapus Kabupaten Semarang selesai.
Direktur Utama Phapros Barokah Sri Utami mengatakan perseroan tetap berkeinginan melantai di bursa saham untuk penambahan modal guna ekspansi bisnis. Perseroan berencana melepas saham sekitar 20%-25% dengan target raihan dana hingga Rp600 miliar.
Menurutnya, perseroan saat ini fokus menyelesaikan pembangunan pabrik baru di Papringan Kabupaten Semarang dengan nilai investasi Rp450 miliar. Di samping itu, lanjutnya, perusahaan farmasi milik negara ini menggunakan instrumen investasi lain untuk penambahan modal selain IPO.
“Jadi kami prediksikan 2021 (IPO), pabriknya sudah establish untuk produksi, baru kami IPO,” ujar perempuan yang akrab disapa Emmy saat ditanya Bisnis disela-sela Rapat Umum Pemegang Saham 2016 di Semarang, Kamis (28/4/2016).
Dia menjelaskan tahapan proses pembangunan pabrik di Semarang masih dalam proses perizinan. Pembangunan pabrik akan tetap dilaksanakan jika seluruh izin terkait farmasi bisa diterbitkan. Harapannya, ground breaking dilakukan pada September 2016.
Izin yang masih dalam proses antara lain izin proses industri, izin farmasi, dan izin farmasi khusus. Izin farmasi khusus nantinya terlebih dulu dinilai oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Emmy menjelaskan kinerja perusahaan sampai dengan Maret 2016 menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Bahkan, hingga sebelum hasil tender e-catalogue diumumkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Pada awal April 2016, perseroan berhasil memenangkan tender pengadaan obat untuk program BPJS Kesehatan melalui e-catalogue yang diselenggarakan oleh LKPP.
Menurutnya, Phapros berhasil tingkatkan penjualan diangka 11,4% dari realisasi di periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan penjualan tersebut juga sejalan dengan laba bersih yang naik sebanyak 6,5% atau Rp6,7 miliar dari periode yang sama tahun lalu.
“Kami menargetkan hingga Juni atau pada semester I/2016, perseroan bisa lampaui total omzet 2009, yakni sebesar Rp318 miliar atau tumbuh sebesar 5,3%,” terangnya.
Berdasarkan hasil lelang e-catalogue awal April lalu, perseroan berhasil memenangkan dua paket e-catalogue, yakni obat generik dan obat nama dagang. Ada 36 obat generik dan dua obat nama dagang yang dimenangkan Phapros dengan total value mencapai Rp271 miliar.
Total value yang besar inilah membuat Phapros berhasil menduduki peringkat pertama atau sekitar 13% dari keseluruhan nilai omzet yang ditawarkan e-catalogue yang mencapai lebih dari Rp 2 triliun.
Direktur Keuangan Heru Marsono menambahkan hingga akhir 2015, Phapros berhasil membukukan penjualan sebesar Rp691 miliar atau tumbuh sebesar 19,6% dengan laba bersih mencapai Rp63 miliar, tumbuh sebanyak 39,2%.
RUPS tahun ini menyepakati pembagian dividen sebesar Rp31,5 miliar atau 50% dari laba bersih perusahaan kepada pemegang saham.
Tahun ini, paparnya, Phapros menargetkan penjualan naik sebesar 14,5%, sehingga pendapatan diharapkan tumbuh dari Rp691,25 miliar menjadi Rp791,48 miliar.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan sudah menyiapkan beberapa strategi bisnis, diantaranya dengan menyiapkan capital expenditure sebesar Rp126 miliar yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pembangunan pabrik baru.
Dengan berbagai rencana ekspansi, laba perusahaan ditargetkan tumbuh tipis dari Rp63 miliar menjadi Rp67 miliar.