Bisnis.com, JAKARTA—Nilai tukar rupiah ditutup di level terkuat sejak Juni 2015, terapresiasi 69 poin atau 0,52% ke Rp13.232 per dolar AS.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (3/3/2016) rupiah menguat 26 poin atau 0,2% ke Rp13.275/US$.
Sehari sebelumnya rupiah ditutup menguat 46 poin atau 0,34% ke Rp13.301/US$.
Rupiah ditutup di level terkuat sejak Juni 2015, terapresiasi 69 poin atau 0,52% ke Rp13.232 per dolar AS.
Rupiah tetap menguat di saat indeks dolar AS menguat dan harga minyak melemah tipis.
Rupiah menguat 53 poin atau 0,4% ke Rp13.248/US$.
Sementara itu indeks dolar AS pada pk. 13.54 WIB, naik 0,09% ke level 98,300, Minyak WTI kontrak Mei pada pk. 13.55 WIB melemah 0,19% ke US$36,23/US$.
Rupiah diperdagangkan di level Rp13.259 per dolar AS, menguat 42 poin atau 0,32% dari level penutupan kemarin.
Rupiah menguat 35 poin atau 0,27% ke Rp13.266/US$, merupakan level paling perkasa sepanjang tahun ini.
Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menjelaskan, rupiah disokong oleh sejumlah faktor. Dari internal, porsi dana asing di surat utang negara (SUN) domestik menggemuk, seperti dikutip Antara, Kamis (3/3/2016)..
Sedangkan dari eksternal sentimen positifnya dari aksi bank sentral China memangkas giro wajib minimum, serta meredanya kekhawatiran devaluasi yuan.
Albertus menyatakan rupiah berpeluang melanjutkan penguatan, jika data ketenagakerjaan AS Februari 2016 tak sesuai ekspektasi pasar.
Perkiraan Albertus, rupiah bergerak di 13.200-13.370 pada perdagangan hari ini.
Rupiah menguat 29 poin atau 0,22% ke Rp13.272.
“Rupiah pagi ini di buka di harga 13.275, menunjukkan rupiah kembali menguat dengan potensi menguat terbatas. Seiring dengan penguatan rupiah, harga minyak Texas pun di buka kembali menguat pagi ini di harga 34,73. Penguatan harga minyak tentu dapat memberikan penguatan kepada rupiah,” kata Maximilianus Nico Demus. L, Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (3/3/2016).
Mata uang Asia Tenggara kompak menguat.
Dolar Singapura (+0,32%), peso Filipina (+0,33%), ringgit Malaysia (+0,84%), baht (+0,15%), rupiah menguat 0,39% atau 52 poin ke Rp13.249/US$
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Kamis (3/3/2016) masih ditopang penguatan harga minyak mentah.
“Hari ini harga minyak yang berlanjut menguat serta optimisme di pasar saham AS berpeluang menjaga sentimen di rupiah. Dari domestik ditunggu cadangan devisa yang diperkirakan turun tipis,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (3/3/2016).
Dikemukakan harga minyak melanjutkan penguatannya, di saat bersamaan indeks dolar melemah. Imbal hasil global bersama-sama naik.
Rilis Beige Book oleh the Fed yang menunjukkan perbaikan ekonomi belum terjadi merata di seluruh negara bagian, meningkatkan keraguan atas keberanian the Fed untuk menaikkan Fed Fund Rate (FFR) target lebih lanjut.
“Sehingga membuat indeks dolar dan US Treasury sama-sama melemah hingga dini hari tadi. Fokus investor beralih ke rilis indeks PMI Tiongkok Sektor Jasa dan Umum yang diperkirakan masih turun,” kata Rangga.
Dikemukakan ruang penguatan rupiah tersedia, faktor eksternal mendukung.
Rupiah melanjutkan penguatannya seiring dengan penguatan harga minyak mentah.
Terlihat dolar yang juga melanjutkan sentimen pelemahannya di Asia hingga Rabu sore. Mayoritas bursa saham di Asia juga menguat walaupun sentimen negatif terus datang dari Tiongkok. Yuan konsisten melemah semenjak pertengahan Februari 2016.
Tahun Monyet Api menuntut keputusan bisnis yang cepat dan dinamis. Cari Referensinya DI SINI.
Rupiah bergerak menguat 38 poin atau 0,29% ke Rp13.263 per dolar AS setelah bursa saham dibuka.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (3/3/2016) rupiah menguat 26 poin atau 0,2% ke Rp13.275/US$, terkuat dalam 9 bulan perdagangan terakhir.
Bahana Securities memperkirakan kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Kamis (3/3/2016) bergerak di kisaran 13.230-13.375.
“Rupiah (2/3/2016) ditutup menguat ke level 13.301. Hari ini (3/3/2016) diperkirakan akan bergerak dikisaran 13.230-13.375 dengan kecenderungan menguat,” kata Analis Teknikal Bahana Securities Muhammad Wafi dalam risetnya.
Seperti diketahui rupiah meneruskan penguatan di pasar spot pada Rabu (2/3/2016), seiring dengan penurunan tajam yield surat utang negara di pasar obligasi.
Rupiah ditutup menguat 46 poin atau 0,34% ke Rp13.301 per dolar AS. Bergerak antara level Rp13.255—Rp13.325 per dolar AS, setelah dibuka menguat 0,37%.
Penguatan rupiah kemarin bersamaan dengan harga minyak yang konsisten naik.
Harga minyak kini berada di level tertinggi satu bulan terdorong tren penguatan dalam 2 pekan terakhir.
Penguatan harga minyak membuat investor mulai beralih dari aset safe haven ke aset yang dinilai lebih berisiko, termasuk aset yang berdenominasi rupiah.
Sementara itu aliran dana mengalir deras ke pasar obligasi pemerintah. Data Bloomberg menunjukkan yield SUN bertenor 10 tahun hari ini merosot 12 bps ke 8,098% setelah naik 28 bps dalam 2 pekan terakhir.
Morgan Stanley menerbitkan laporan yang merekomendasikan obligasi pemerintah RI dan India kepada para investor. Ketergantungan kedua negara terhadap pasar ekspor dinilai lebih rendah dibandingkan negara Asia lain.
Indeks dolar Amerika Serikat menutup perdagangan Rabu atau Kamis pagi WIB di zona merah.
Indeks dolar AS pada pada penutupan perdagangan Rabu (2/3/3016) melemah 0,14% ke level 98,214.
Nilai tukar dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama, meskipun data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis positif.
Lapangan kerja sektor swasta AS meningkat sebesar 214.000 pekerjaan pada Januari-Februari, menurut laporan ketenagakerjaan nasional ADP (Automated Data Processing), seperti dikutip Antara, Kamis (3/3/2016).
Selanjutnya pasar uang menunggu rilis besaran gaji tenaga kerja nonpertanian yang akan dirilis besok atau Jumat.
Indeks dolar melemah disaat harga minyak dunia menguat, WTI pada perdagangan Rabu ditutup menguat 0,76% ke US$36,93 per barel, dan telah bergerak reli sejak 29 Februari.