Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah meneruskan penguatan di pasar spot pada Rabu (2/3/2016), seiring dengan penurunan tajam yield surat utang negara di pasar obligasi.
Rupiah ditutup menguat 46 poin atau 0,34% ke Rp13.301 per dolar AS. Mata uang Garuda hari ini bergerak antara level Rp13.255—Rp13.325 per dolar AS setelah dibuka menguat 0,37%.
“Harga minyak yang konsisten naik akan terus memberikan dorongan penguatan ke rupiah serta aset berdenominasi rupiah lainnya,” kata Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas.
Harga minyak kini berada di level tertinggi satu bulan terdorong tren penguatan dalam 2 pekan terakhir. Kontrak WTI bergerak melemah 1,37% ke US$33,93 per barel pada sekitar pukul 16.15 WIB, sedangkan Brent melemah 0,43% ke US$36,65 per barel.
Penguatan harga minyak membuat investor mulai beralih dari aset safe haven ke aset yang dinilai lebih berisiko, termasuk aset yang berdenominasi rupiah.
Kontrak berjangka emas hari ini sempat merosot hingga 0,46%, sedangkan yen bergerak melemah hingga 0,39% setelah kemarin terdepresiasi 1,33% di penutupan.
Aliran dana mengalir deras ke pasar obligasi pemerintah. Data Bloomberg menunjukkan yield SUN bertenor 10 tahun hari ini merosot 12 bps ke 8,098% setelah naik 28 bps dalam 2 pekan terakhir.
Morgan Stanley hari ini menerbitkan laporan yang merekomendasikan obligasi pemerintah RI dan India kepada para investor. Ketergantungan kedua negara terhadap pasar ekspor dinilai lebih rendah dibandingkan negara Asia lain.
Kurs tengah acuan Bank Indonesia hari ini menguat 53 poin atau 0,4% ke Rp13.314 per dolar AS, telah terapresiasi 5 hari beruntun.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level (Rp/US$) | Perubahan (%) |
2/3/2016 | Rp13.301 | +0,34% |
1/3/2016 | Rp13.347 | +0,21% |
29/2/2016 | Rp13.375 | +0,05% |
26/2/2016 | Rp13.382 | +0,23% |
25/2/2016 | Rp13.413 | -0,01% |
Sumber: Bloomberg