Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produksi alas kaki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (BIMA) mengonversi utang ke saham melalui private placement senilai Rp110,4 miliar dan kemudian memecah nominal saham (stock split).
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis perseroan, Jumat (19/2/2016), disebutkan manajemen Primarindo Asia Infrastructure berencana menambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).
PMPTHMETD alias private placement tersebut dilakukan untuk mengonversi sebagian utang menjadi saham. Perseroan akan menerbitkan 220,84 juta saham baru dengan nominal Rp500 per lembar, setara dengan Rp110,42 miliar.
Akan tetapi, harga pelaksanaan private placement senilai Rp395 per lembar dengan saldo utang Rp87,23 miliar. Sehingga, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak 220,84 juta lembar.
PT Golden Lestari menyetujui untuk mengonversi utang perseroan menjadi saham sebagai upaya penyelesaian pembayaran. Namun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan Orchard Corporation tidak berpartisipasi dalam penyerapan saham baru untuk dikonversi menjadi saham.
Per 30 September 2015, Primarindo Asia Infrastructure memiliki defisiensi modal Rp9,83 miliar. Sedangkan, total liabilitas Rp305,57 miliar dan aset Rp103,48 miliar.
Liabilitas tersebut mencapai 295,3% dari nilai total aset perseroan. Manajemen Primarindo Asia Infrastructure mengaku tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran utang kepada PT Golden Lestari.
Pada 31 Desember 2004, telah dibuat perjanjian pengakuan utang antara perseroan sebagai debitor dan PT Golden Lestari sebagai kreditor. Utang senilai Rp87,23 miliar tersebut tidak mempunyai jatuh tempo, cicilan, dan tidak dikenakan bunga maupun denda.
"Utang tersebut telah diterima dan digunakan oleh perseroan untuk kegiatan operasional," tulis manajemen.
Seluruh utang perseroan kepada Golden Lestari akan dikonversikan menjadi saham baru setelah mendapatkan persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 28 Maret 2016.
Aksi tersebut membuat kepemilikan saham lama terdilusi sebesar 71,97%. Setelah private placement, perseroan juga akan memecah nominal saham atau stock split dari Rp500 per lembar menjadi Rp250 per lembar.
Nantinya, pemilik satu lembar saham lama akan mendapatkan dua saham baru hasil stock split. Aksi pemecahan saham dilakukan untuk mendorong likuiditas perdagangan saham di pasar sekunder.
Pada perdagangan Jumat (19/2/2016), saham BIMA ditutup stagnan pada level Rp355 per lembar. Kapitalisasi pasar BIMA mencapai Rp30,53 miliar.