Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan di pasar saham dan stok minyak Amerika Serikat membuat harga minyak kembali menembus level terendah dalam 12 tahun terakhir.
Minyak WTI sempat merosot hingga US$26,13 per barel pada perdagangan intraday atau di bawah rekor terendah sejak Mei 2003 tahun senilai US$26,19 yang dibukukan pada Januari.
Namun, laju penurunan harga WTI menipis menjelang akhir perdagangan. Kontrak komoditas tersebut diperdagangkan melemah 1,24% ke US$27,11 per barel pada pukul 04.38 WIB di bursa komoditas New York.
“Ini adalah sisa dampak dari data Cushing kemarin. Saham global, valas, dan obligasi semuanya dinilai sebagai indikator negatif. Kami siap menembus titik terendah baru bulan lalu setelah itu US$25 per barel menjadi target berikutnya,” kata Bob Yawger dari Mizuho Securities di New York kepada Bloomberg.
Data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) menyatakan stok minyak di Cushing, hub distribusi minyak WTI, naik 523.000 barel menjadi 64,7 juta barel pada pekan lalu meskipun stok nasional turun 754.000 barel.
Pergerakan WTI yang berlawanan dengan pergerakan Brent di Eropa membuat spread harga kedua jenis standar minyak mentah tersebut melebar. Brent diperdagangkan menguat 0,36% ke US$30,95 per barel pada pukul 04.38 WIB di bursa komoditas London.
“Selisih Brent-WTI yang melebar membuat saya berpikir apakah dalam waktu dekat akan ada kenaikan ekspor. Itu akan baik bagi WTI, tetapi tidak buat harga Brent,” kata Bill O’Grady dari Confluance Investment.