Bisnis.com, SINGAPURA - Seng mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir karena pengetatan suplai global dan pelemahan mata uang dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Senin (8/2) harga seng berada di posisi US$1.723 per ton, naik 46 poin atau 2,74%.
David Lennox, Analis Fat Prophets di Sydney mengatakan, adanya penurunan dolar AS memberikan sentimen positif terhadap logam industri. "Dalam waktu dekat, logam akan dipengaruhi faktor dolar AS. Pada momen ini seng memiliki profil yang lebih baik untuk bertumbuh," tuturnya, Selasa (9/2/2016).
Mata uang Paman Sam jauh selama dua hari perdagangan karena penundaan kenaikan suku bunga. Selain itu, Goldman menyebutkan pengetatan produksi dapat membuat harga seng naik dari US$1.700 per ton menjadi US$1.800 per ton.
Seng menjadi satu-satunya logam dasar yang memiliki prospek untuk defisit selama 12 bulan ke depan, seiring pengurangan dan penyetopan beberapa titik penambangan. Oleh karena itu, komoditas tersebut dapat mengungguli pertumbuhan logam lainnya.