Bisnis.com, JAKARTA - Spekulasi penurunan konsumsi industri di China membuat harga minyak terkoreksi tajam setelah reli 2 pekan.
Minyak WTI diperdagangkan melemah 6,72% ke harga US$31,36 per barel di New York pada pukul 04.58 WIB, sedangkan Brent turun 5,47% ke US$34,02 per barel.
Sentimen utama yang menekan harga minyak adalah data PMI yang masih menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur China pada awal 2016.
Caixin China Flash Manufacturing PMI, indeks manufaktur yang diterbitkan oleh Markit, berada di level 48,4 pada Januari. Indeks PMI mengukur perkembangan kinerja industri dengan level 50 atau lebih tinggi mengindikasikan ekspansi.
“Isu besar hari ini adalah data ekonomi China yang negatif, yang menandakan pelemahaan permintaan. Sementara itu, OPEC tidak menandakan tanda pemangkasan produksi,” kata Bob Yawger dari Mizuho Securities kepada Bloomberg.
Hasil produksi OPEC naik menjadi 33,11 juta barel per hari sepanjang Januari seiring dengan penyertaan output minyak mentah Indonesia. Kenaikan output terbesar terjadi di Nigeria, Kuwait, dan Iran. Adapun Indonesia menyumbangkan tambahan 815.000 barel per hari.