Bisnis.com, JAKARTA - Data manufaktur China memicu kecemasan atas dampak perlambatan ekonomi China ke negara berkembang dan mengakhiri reli indeks emerging markets.
Indeks MSCI Emerging Markets cenderung stagnan bergerak dari level 742,37 menjadi 742,74 mengakhiri penguatan 4,8% yang dicapai dalam reli 3 hari perdagangan sebelumnya.
“Indeks manufaktur China cenderung lemah dan ada ketakutan soal depresiasi renminbi. Anjloknya harga minyak juga membebani pasar Rusia dan Kolombia,” kata Victor Fu dari Stifel Nicholaus kepada Bloomberg.
Data manufaktur China dinilai mengindikasikan pemerintah Negeri Tiongkok kesulitan mendongkrak pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dunia tersebut sekaligus membuat investor ragu untuk mempertahankan reli perdagangan saham emerging markets.
Indeks MSCI menguat 4,5% sepanjang pekan lalu terdorong oleh pelonggaran moneter dari bank sentral dunia, khususnya langkah Bank of Japan mengumumkan rencana penerapan suku bunga negatif mulai Februari.
Indeks Shanghai turun 1,8% dan telah jatuh 24% sepanjang 2016. PetroChina, emiten migas beraset terbesar China, turun 2,8% setelah menyatakan potensi penurunan 70% pada laba bersih 2015. Hang Seng China Enterprises Index, yang mengukur pergerakan saham China yang dual listing di Hong Kong, juga mengakhiri reli tiga hari.
Yuan melemah 0,4% di pasar off-shore. Adapun rupiah menguat paling tajam dengan kenaikan 1,1% didorong oleh permintaan yang tinggi atas aset berdenominasi rupiah di tengah pelonggaran moneter bank-bank sentral dunia.