Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA AS: Wall Street Rebound Tipis, Ekonomi China & Minyak Sentimen Utama

Indeks Standard & Poors 500 cenderung stagnan di penutupan setelah menguat 0,05% ke level 1.881,33, sedangkan indeks Dow Jones menguat 0,17% ke level 16.016,02.
Bursa AS rebound./.
Bursa AS rebound./.

Bisnis.com, JAKARTA— Bursa Wall Street berhasil mempertahankan penguatan pada perdagangan Selasa (19/1/2016) di bawah tekanan penurunan tajam harga minyak Amerika Serikat.

Indeks Standard & Poor’s 500 cenderung stagnan di penutupan setelah menguat 0,05% atau 1 poin ke level 1.881,33, sedangkan indeks Dow Jones menguat 0,17% atau 27,94 poin ke level 16.016,02.

“Saya rasa isunya belum selesai. Pertanyaan masih tersisa tentag seberapa laju perlambatan ekonomi China dan apakah penurunan harga minyak sudah mencapai dasar,” kata Nick Sargen dari Fort Washington Investment Advisors kepada Bloomberg.

Ekonomi China tumbuh 6,9% pada 2015, sedikit di bawah target pertumbuhan 7% pemerintah. Namun, pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok melambat dari 6,9% pada kuartal III/2015 menjadi 6,8% pada kuartal IV/2015.

Pertumbuhan ekonomi yang hanya sedikit meleset dari target memicu spekulasi otoritas di China akan memberikan stimulus tambahan untuk mendongkrak pertumbuhan. Spekulasi tersebut mendorong penguatan indeks bursa saham di Eropa dan Asia.

Adapun harga minyak WTI, standar yang digunakan di pasar komoditas Amerika Serikat, kini berada di bawah US$29/barel. Minyak WTI turun 3,77% ke US$28,31/barel pada pukul 04.03 WIB di bursa komoditas New York.

IMF kemarin memangkas proyeksi pertumbuhan global dari 3,6% menjadi 3,4% pada 2016. Adapun ekonomi Amerika Serikat diprediksi tumbuh 2,1%, lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 2,2% yang dirilis pada Oktober.

Ekonomi dunia, menurut IMF, memiliki risiko untuk tumbuh lebih lambat tertekan oleh perlambatan ekonomi emergin markets, peralihan China dari ketergantungan ekspor, dan normalisasi kebijakan The Fed.

Indeks S&P 500 telah merosot 12% sejak mencapai rekor tertinggi pada Mei 2015 dan telah melemah 9,1% sejak normalisasi suku bunga acuan The Fed dimulai pada pertengahan Desember 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper