Bisnis.com, JAKARTA— IHSG gagal mempertahankan rebound pada akhir sesi I Selasa (19/1/2016) setelah data menunjukkan ekonomi China makin melambat pada kurtal IV/2015.
IHSG merosot 0,23% atau 10,47 poin ke level 4.470,81 di jeda siang. Indeks bergerak fluktuatif antara level 4.464,73—4.499,58 di sesi I setelah dibuka naik 0,12%.
“Dua perhatian pasar saham saat ini adalah perlambatan ekonomi China dan anjloknya harga minyak yang cenderung menekan pergerakan pasar,” kata David Sutyanto, analis dari First Asia Capital.
Harga minyak mentah masih bergerak di bawah US$30/barel. Minyak WTI turun 0,1% ke US$29,39/barel, sedangkan Brent naik 1,51% ke US$28,98/barel.
Ekonomi China tercatat tumbuh 6,9% pada 2015, sejalan dengan estimasi pasar. Namun, laju pertumbuhan PDB China semakin melambat setelah hanya tumbuh 6,8% pada kuartal IV/2015 atau kuartal dengan pertumbuhan paling lambat sejak krisis 2009.
“Ada pertarungan (di pasar global. Satu pihak merasa data ekonomi China kurang bagus dan satu pihak merasa pasar mengantisipasi data yang lebih buruk,” kata Nader Naeimi dari AMP Capital Investors Ltd kepada Bloomberg.
Indeks sektor perdagangan/jasa merosot paling tajam dengna pelemahan 0,92%. Dari 9 indeks sektoral IHSG, sebanyak 6 sektor melemah dan 3 sektor menguat.
Sebanyak 97 saham menguat, 113 saham melemah, dan 315 saham stagnan dari 525 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) adalah beban terberat IHSG dengan pelemahan 1,51%, diikuti oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang jatuh 7,77%.
Di sisi lain, beberapa saham big cap bertahan menguat. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) naik 0,81%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,19%, sedangkan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menguat 0,16%.
Penguatan indeks di bursa regional menipis menjelang siang setelah pagi tadi konsisten menguat. Indeks Topix Jepang telah melemah 0,32%, Straits Times menguat tipis 0,06%, sedangkan Hang Seng masih bertahan menguat 0,8%.