Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Senin (11/1/2016) masih dalam tekanan.
“Faktor eksternal seperti gejolak pasar saham Tiongkok, serta baiknya data AS akan menjadi ancaman utama terhadap rupiah hari ini,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (11/1/2016).
Dikemukakan pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS yang naik dan melebihi ekspektasi, berhasil mendorong penguatan indeks dolar walaupun hanya terbatas. Namun yen dan euro justru menguat.
Rangga mengatakan ekspektasi kenaikan Fed Rate tidak sepenuhnya tercermin di pasar global.
Sementara itu masih turunnya harga minyak, ujarnya, justru mengerek turun imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun serta obligasi negara lainnya.
“Fokus pasar global masih akan tertuju pada bursa Tiongkok pada awal minggu ini, tetapi perlahan mulai terbagi ke peluang kenaikan Fed rate di FOMC akhir bulan Januari 2016,” kata Rangga.
Rangga mengatakan rupiah masih tertekan secara umum, walaupun masih bertahan di bawah 14.000.
Peluang depresiasi rupiah yang terbuka, terutama akibat faktor eksternal, bisa menghalangi harapan pemangkasan BI Rate pada rapat dewan gubernur di minggu ini yang telah tumbuh semenjak diumumkannya inflasi Desember 2015 yang sangat rendah.
“BI terus mengulang pernyataan bahwa ada ruang untuk pelonggaran moneter yang pertama kali didengungkan semenjak 3 bulan lalu,” kata Rangga.
Sementara itu cadangan devisa yang naik di Desember 2015 menambah kepercayaan diri investor domestik.