Bisnis.com, JAKARTA-- Regulator pasar modal meyakini kinerja pasar saham tahun depan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini sering meredanya sentimen negatif dari global dan domestik.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan pemulihan ekonomi global sepanjang tahun 2015 memang berlangsung lambat dan tidak merata. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi dinamika pasar sepanjang 2015 adalah ketidakpastian seputar kenaikan Fed Funds Rate, perlambatan ekonomi Tiongkok, dan pelemahan harga komoditas dunia.
Perbaikan ekonomi Amerika Serikat semakin solid sehingga The Fed memutuskan kenaikan Fed Funds Rate pada Desember 2015. Di Tiongkok, perbaikan ekonomi belum konklusif dan perlambatan pertumbuhan masih berlanjut. Sementara itu, pemulihan di zona Euro dan Jepang masih terbatas dan belum cukup solid.
Namun demikian, kata Muliaman, berdasarkan hasil pemantauan OJK, stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) domestik sepanjang tahun 2015 ini masih terjaga. Apalagi, di pengujung tahun ini volatilitas pasar cenderung menurun. Ini sejalan dengan semakin konklusifnya kepastian terkait kenaikan suku bunga the Fed.
“Hal ini menunjukkan bahwa investor telah mem-price in normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat. Tekanan jual investor nonresiden di pasar saham domestik juga cenderung mereda,” kata Muliaman di Jakarta, Rabu (30/12).
Sejalan dengan perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 juga menunjukkan moderasi. Namun, pada triwulan III/2015, arah perbaikan pertumbuhan mulai terlihat. Untuk menjaga kepercayaan pasar, pemerintah mengeluarkan delapan paket kebijakan ekonomi pada periode September-Desember 2015.
Mirza Adityaswara, Anggota Dewan Komisioner OJK Ex-Officio Bank Indonesia mengatakan sepanjang tahun ini pengaruh global dan domestik memberikan dampak pada kinerja pasar di Indonesia. Dari global, ketidakpastian kenaikan suku bunga the Fed dan pelemahan harga komoditas membuat kinerja pasar modal di Indonesia ikut terseret.
“Itu membuat inflow di pasar saham menurun,” kata Mirza.
Untuk tahun depan, Mirza melihat perbaikan akan terjadi. Hal ini seiring dengan the Fed yang sudah menaikkan suku bunganya sehingga memberi kepastian kepada pasar. Memang, katanya, the Fed masih berencana menaikkan suku bunganya lagi tahun ini hingga 4 kali.
“Namun, kalau naiknya sekitar 0,5%-1% dan secara lambat dan bertahap, itu akan membuat inflow membaik. Fed akan sangat hati-hati, ini akan memberikan dampak positif di pasar,” jelasnya.
Selain itu, sentimen negatif dari dalam negeri juga akan berkurang. Dia memperkirakan, inflasi 2016 akan ada di level 4,4%-4,7%. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri sekitar 5,2%-5,6%. “Itu cukup memberikan sentimen positif.”
Per 30 Desember 2015, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 4.593,008 atau naik 0,52% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Namun demikian, dengan posisi tersebut, sepanjang tahun ini IHSG melemah sebesar 12,13% dibandingkan posisi penutupan tahun lalu.
Pelemahan ini sejalan dengan yang terjadi di sebagian besar bursa saham regional, terutama dipengaruhi oleh tekanan jual investor nonresiden yang mencapai Rp22,5 triliun.