Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi tekanan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Senin (14/12/2015) berkurang.
“Rupiah berpeluang mereda sentimen pelemahannya, tetapi secara umum penguatan dolar masih menyediakan ruang untuk pelemahan rupiah ke depan,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (14/12/2015).
Fed Funds Rate diharapkan naik ke 0,25—0,50%. Di tengah harapan kenaikan Fed Rate minggu ini, harga minyak mentah Brent kembali turun 4,5% di akhir pekan lalu menuju level terendah dalam 7 tahun terakhir.
“Walaupun kenaikan FFR target sudah diharapkan, ketidakpastian masih menyelimuti pasar global mengenai tingkat kecepatan kenaikan yang jika agresif, bisa memberikan efek negative shock yang lebih hebat,” kata Rangga.
Pergerakan aset global diperkirakan masih fluktuatif di minggu ini tetapi masih dengan tema utama penguatan dolar.
Dikemukakan rupiah kembali tertekan di perdagangan Jumat bersama dengan kurs lain di Asia, seiring dengan semakin dekatnya kenaikan Fed Rate dan makin tertekannya harga minyak.
Pelemahan juga terpantau di SUN yang walaupun imbal hasil global tertekan harga minyak. Pelemahan rupiah memberikan sentimen negatif yang lebih mendominasi.
“Selain fokus ke FOMC meeting minggu ini, data neraca perdagangan serta BI Rate juga dinanti,” kata Rangga.
Neraca perdagangan diperkirakan menipis surplusnya melihat harga komoditas yang masih jatuh dan aktivitas impor yang meningkat menjelang akhir tahun.
BI Rate diperkirakan sulit turun jika Fed rate naik, walaupun BI sudah mulai memberikan sinyal pelonggaran moneter.