Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Arab Saudi Bicara Harga, WTI Mulai Terkerek

Harga minyak mentah patokan WTI dan Brent pagi ini, Selasa (24/11/2015) bergerak menguat
Harga minyak menguat setelah Arab Saudi bicara soal harga/tambang.co
Harga minyak menguat setelah Arab Saudi bicara soal harga/tambang.co

Bisnis.com, JAKARTA- Harga minyak mentah patokan WTI dan Brent pagi ini, Selasa (24/11/2015) bergerak menguat.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, pk. 06.25 WIB, Selasa (24/11/2015) menguat 0,34% ke US$42,09 per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari, pk. 06.00 WIB menguat 0,38% ke US$44,83/barel di perdagangan London.

Pada penutupan Senin WTI dan Brent bergerak berbeda. Di saat pasar berusaha menganalisa keterangan Arab Saudi yang menyatakan pengurangan produksi dalam menanggapi kelebihan pasokan global.

Kemarin, WTI turun 15 sen menjadi ditutup pada US$41,75 per barel. Brent naik 17 sen menjadi menetap di US$44,83/barel.

Seperti diketahui harga minyak berada di bawah tekanan sejak pertengahan 2014, di tengah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan.

Untuk saat ini, pasar terfokus pada pernyataan terbaru Arab Saudi, produsen terbesar dalam kartel OPEC, yang mengatakan negara tersebut siap bekerja sama dengan produsen lain untuk menstabilkan harga minyak.

"Pasar cukup skeptis atas setiap upaya mengatasi penurunan harga yang akan terjadi antara OPEC dan produsen non-OPEC," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates seperti dikutip Antara, Selasa (24/11/2015).

Tapi di sisi lain, ujarnya, produsen OPEC berada di bawah tekanan keuangan akibat harga minyak yang rendah.

Dikemukakan 12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menggelar pertemuan di Wina pada 4 Desember 2015, ketika mereka menghadapi desakan untuk memotong produksi.

"Menjelang pertemuan OPEC 4 Desember, tanda positif Saudi berbicara ini (pengurangan produksi). Saya tidak tahu apakah mereka benar-benar bersedia untuk bekerja sama," kata Carl Larry dari Frost & Sullivan.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro