Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Jumat (23/10/2015) rupiah ditutup menguat 19 poin atau 0,14% ke Rp13.621 per dolar AS.
Saat membuka perdagangan, rupiah terapresiasi tajam 1,15% atau 157 poin ke level Rp13.483 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada Jumat (23/10/2015) ditutup pada level Rp13.621 per dolar Amerika Serikat atau menguat 0,14% dari sebelumnya.
Saat membuka perdagangan, rupiah terapresiasi tajam 1,15% ke level Rp13.483 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan level di Rp13.491 per dolar AS.
"Rupiah menguat 0,9% pada Jumat, sampai siang tadi capai 1,1%, Malaysia menguat 1,4%, Korea menguat 1,1%," ujarnya di Kompleks BI, Jumat (23/10/2015).
Dia menuturkan ada dua sebab, pertama yang berpengaruh pada penguatan kurs rupiah dari faktor eksternal.
Yakni nomalisasi kebijakan The Fed terkait rencana kenaikan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR).
Menurutnya, kemungkinan besar pada Oktober ini tidak ada kenaikan tingkat suku bunga acuan The Fed sehingga berdampak pada berkurangnya ketidakpastian dan menguatnya kurs rupiah.
"Kalau AS masih tentang bahwa kemungkinan besar bulan Oktober ini, akan ada rapat FOMC dan bulan Desember. Jadi kemungkinan besar bulan Oktober ini enggak akan ada kenaikan untuk konsensus," kata Mirza.
Faktor eksternal kedua yakni terkait dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa yang menyatakan siap untuk melakukan tambahan stimulus moneter.
Stimulus tersebut dengan melakukan Quantitative easing (QE) lebih banyak lagi sehingga dapat mendongkrak ekonomi Eropa.
"Kemudian Euronya melemah terapi currency emerging market meningkat atau menguat maka rupiah juga ikut menguat," ucapnya.
Selain faktor ekternal, tambah Mirza, faktor domestik juga berpengaruh pada menguatnya kurs rupiah.
Dia menuturkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I hingga V yang dikeluarkan menunjukkan pemerintah secara konsisten berkomitmen melakukan deregulasi dan juga mendorong investasi yang berpengaruh pada menguatnya kurs rupiah.
"Intinya sih ada paket 1-5 mudah-mudahan ini terus bertambah, yang menunjukkan kepada pasar pemerintah makin serius. Pasar menjadi semakin yakin pemerintah ingin melakukan reformasi struktural lewat deregulasi, mendorong investasi dan ekspor, capital inflows dan dari sisi moneter ada inflasi yang menurun," tutur Mirza.
Salah satu kebijakan pemerintah yakni terkait pengurangan pajak untuk revaluasi aset . Korporasi diharuskan melakukan revaluasi aset pada aset yang sudah lama.
Menurutnya, revaluasi aset itu akan bisa meningkatkan aset dan permodalan.
"Kemudian tentu ada pajak yg hrs dibayar karena kan ada insentif menjadi 3%, itu tergantung semakin cepat mau melakukan revaluasi aset yang dilakukan maka akan semakin kecil insentif pajak yang harus dibayarkan atau semakin besar insentifnya," ucapnya.
Apabila suatu perusahaan mendapatkan revaluasi aset, maka permodalan yang dimilikinya akan meningkat sehingga memiliki ruang besar untuk melakukan kegiatan ekspansi dan financing lebih lanjut.
"Jadi misalnya suatu perusahaan debt to equity nya katakan misalnya sudah diatas 4 kali. Kalau melakukan revaluasi maka modalnya akan lebih besar, debt equitynya menjadi turun sehingga bisa memperoleh kredit lagi. Itu dari sisi insentif untuk melakukan ekspansi bersama," terangnya.
Kebijakan lainnya yakni penghapusan pajak berganda pada Dana Investasi Real Estate (DIRE) atau Real Estate Investment Trusts (REITs).
Untuk diketahui, Real Estate Investment Trusts (REITs) merupakan salah satu produk berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
"Sekarang banyak dilakukan di luar negeri karena memang suatu pertimbangannya dobel taxation di indoensia. Pengurangan pajak ganda ini diharapkan terjadi kapital inflow, masuk ke Ina untuk membeli instrumen rates tersebut," ujar Mirza.
Rupiah menguat 31 poin atau 0,23% ke Rp13.609/US$.
Harga jual dolar AS di tiga perbankan di kisaran Rp13.615-Rp13.730/US$
Bank Mandiri mematok harga jual 13.640, beli 13.570 (pk. 14.14 WIB)
Bank BNI mematok harga jual 13.730, beli 13.510 (pk. 14.49 WIB)
BCA (e rate) mematok harga jual 13.615, beli 13.595 (pk. 14.53 WIB)
Rupiah menguat 18 poin atau 0,13% ke Rp14.622.
Rupiah menguat merespons paket kebijakan ekonomi jilid V, serta prospek stimulus Bank Sentral Eropa.
Rupiah telah reli 7,9% pada Oktober dan menjadi mata uang dengan performa terbaik di Asia.
"Kami pikir dampaknya akan terlihat dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan mengambil kesempatan untuk merevaluasi. Kami cukup optimistis dengan rupiah," kata Heru Irvansyah, Ekonom PT BNI Securities seperti dikutip Bloomberg, Jumat (23/10/2015).
Mata uang Asean masih kompak di zona hijau.
Dolar Singapura (+0,62%), peso Filipina (+0,08%), ringgit Malaysia (+1,33%), baht Thailand (+0,4%), dan rupiah menguat 72 poin atau 0,53% ke Rp13.568/US$.
Rupiah masih bertahan menguat signifikan merespons paket kebijakan ekonomi V yang dirilis pemerintah kemarin.
Rupian menguat 121 poin atau 0,89% ke Rp13.420/US$, dan beregark di kisaran 13420-13.545
Rupiah menguat 117 poin atau terapresiasi 0,86% ke Rp13.523 per dolar AS saat bursa saham memasuki jeda siang.
Mata uang di Asia Tenggara kompak menguat .
Dolar Singapura (+0,72%), peso (0,23%), baht Thailand (+0,62%, ringgit Malaysia (+1,37%), rupiah (+1,04%)
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 149 poin pada Jumat (23/10/2015). Volatilitas rupiah diperkirakan tinggi hingga pekan depan.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan Jisdor level di Rp13.491 per dolar AS, menguat 149 poin atau 1,09% dari kurs kemarin.
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Jumat (23/10/2015) akan merespons positif isi paket kebijakan ekonomi V yang telah dirilis kemarin.
"Rupiah mungkin bisa melanjutkan sentimen penguatannya pada hari ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, dalam risetnya yang diterima hari ini, Jumat (23/10/2015).
Rangga mengatakan penguatan rupiah kemarin di saat dolar cukup kuat di Asia. Penguatan tersebut terjadi menjelang diumumkannya paket kebijakan ekonomi V yang kembali diluncurkan, untuk mendorong laju perekonomian yang sedang melambat.
Bersama dengan sentimen positif dari ECB yang mengindikasikan rencana pemangkasan suku bunga serta penambahan stimulus.
Akan tetapi, ujarnya, kekhawatiran terhadap hasil FOMC meeting bisa segera datang, dan mengoreksi penguatan tersebut.
“Secara umum volatilitas rupiah masih akan tinggi di tengah rentetan keputusan bank sentral negara maju hingga minggu depan,” kata Rangga.
Dikemukakan ECB memang mempertahankan suku bunganya di 0,05% semalam, tetapi pernyataan Mario Draghi menunjukkan pesimisme terhadap pertumbuhan dan inflasi.
Draghi menambahkan bahwa jika situasi memburuk, bukan tidak mungkin ECB Rate kembali dipangkas dan target stimulus yang 1triliun euro diperbesar.
Euro langsung melemah tajam 2,4% malam tadi, diikuti oleh yield obligasi Jerman yang turun 7 bps.
Di sisi lain, selain didukung data penjualan rumah yang naik, indeks dolar berhasil naik tajam 1,4%.
“Pasca ECB meeting, fokus akan mulai beralih ke FOMC meeting 28-29 Oktober mendatang. Indeks manufaktur Jepang, Zona Euro dan AS akan datang hari ini, semuanya diperkirakan memburuk,” kata Rangga
Rupiah diperdagangkan menguat 125 poin atau 0,92% ke Rp13.515 per dolar AS pada pukul 09.56 WIB.
Indeks dolar melemah tipis 0,04% ke 96,341 pada pukul 09.45 WIB. Rupiah menguat tajam terhadap euro, terapresiasi 2,6% atau 400,47 poin ke Rp15.024,80 per euro pada pukul 09.56 WIB.
Pada Kamis, indeks dolar menguat 1,41% ke 96,378.
Rupiah terapresiasi 0,94% atau 128 poin ke Rp13.512 per dolar AS setelah bursa saham dibuka
Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatan, dibuka terapresiasi tajam 1,15% atau 157 poin ke level Rp13.483 per dolar AS, kemudian menguat 1,36% atau 185 poin ke Rp13.455 per dolar AS.
ilai tukar rupiah diperkirakan masih dapat melanjutkan penguatannya pada perdagangan Jumat (23/10/2015).
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada memprediksi rupiah masih akan melanjutkan penguatannya.
Sentimen penggerak rupiah masih dari ekspektasi akan lebih baiknya pengaruh Paket Kebijakan Ekonomi jilid V.