Bisnis.com, JAKARTA - Meski kinerja pasar saham pada Agustus anjlok cukup parah, kinerja transaksi perdagangan saham sejumlah broker sepanjang periode tersebut mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diolah Bisnis, sebagian besar broker mengalami peningkatan nilai transaksi perdagangan pada Agustus dibandingkan dengan perolehan bulan sebelumnya.
Broker asing misalnya Credit Suisse Securities Indonesia, berhasil mencatatkan nilai transaksi bulanan sekitar Rp11,49 triliun atau naik dari perolehan sebelumnya yang Rp10,24 triliun.
Kemudian, Morgan Stanley Asia Securities yang nilai transaksinya naik hingga 47,39% menjadi Rp14,71 triliun dari perolehan sebelumnya Rp9,98 triliun. Begitu juga dengan UBS Securities Indonesia yang nilai transaksi perdagangan sahamnya naik menjadi Rp10,90 triliun dari Rp8,19 triliun.
Bukan hanya broker asing, sejumlah broker anak usaha pelat merah juga mengalami kenaikan. Misalnya, nilai transaksi Mandiri Sekuritas naik 6,15% menjadi Rp7,03 triliun dari sebelumnya Rp6,60 triliun.
Nilai transaksi Bahana Securities juga naik tipis menjadi Rp3,82 triliun dari sebelumnya Rp3,22 triliun. Adapun, nilai transaksi Danareksa Sekuritas naik hingga 91,35% menjadi Rp5,09 triliun dari sebelumnya Rp2,66 triliun.
Bila melihat kondisi pasar saham saat ini memang bertolak belakang. Kinerja transaksi broker naik di tengah pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang 6,10% pada Agustus lalu.
Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia mengatakan harus dilihat dahulu, apakah peningkatan nilai transaksi bulanan tersebut disebabkan oleh penjualan dalam jumlah besar atau transaksi regular.
Kalau transaksi regular, artinya banyak investor yang jual beli tapi dalam jangka pendek, bukan jangka menengah atau panjang.
“Begitu profit, mereka langsung jual, atau kalau sebaliknya. Ini mengindikasikan banyak orang yang lebih investasi jangka pendek,” kata Budi saat dihubungi Bisnis, Senin (14/9/2015).
Dia menilai, hal tersebut menunjukkan indikasi yang tidak baik. Di tengah pasar saham tengah lesu, ini menunjukkan banyak orang yang lebih pesimistis. “Mereka tidak mempermasalahkan keuntungan kecil,” tambahnya.
Selain itu, kenaikan yang besar dibandingkan dengan Juli ini juga disebabkan lebih banyaknya hari yang aktif pada Agustus. Pada Juli, banyak hari libur lantaran adanya puasa dan hari raya Lebaran.
Jadi, kondisi pasar saham yang tidak baik dan sentimen puasa serta Lebaran membuat nilai transaksi turun cukup dalam pada Juli lalu.
Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas Laksono Widodo mengatakan anjloknya indeks harga saham gabungan dan nilai transaksi merupakan dua variabel yang berbeda. Jadi, sangat memungkinkan nilai transaksi tetap naik di tengah anjloknya kondisi pasar saham.
Meski demikian, memang ada kemungkinan transaksi jual beli lebih aktif pada saat pasar anjlok lantaran banyak investor beralih ke jangka pendek.
“Bisa jadi begitu meskipun kita tidak pernah bisa tahu investor mau tradingnya bersifat short term atau long term ya,” jelas Laksono.