Bisnis.com, JAKARTA--Indeks harga saham gabungan diprediksi masih akan terus melemah seiring adanya sentimen devaluasi yuan dan pelemahan rupiah. Adapun, perombakan kabinet Jokowi belum menimbulkan reaksi dari para pelaku pasar.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup anjlok 3,1% atau 143,1 poin ke level 4.479,49 pada perdagangan Rabu (12/8/2015) dari penutupan sehari sebelumnya 4.622,59. IHSG anjlok terdalam di Asia Pasifik.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan penurunan tajam IHSG pada perdagangan Rabu masih disebabkan oleh sentimen devaluasi yuan dan pelemahan rupiah. Kurs rupiah sempat menembus level Rp13.900/US$. Rupiah ditutup melemah 1,42% atau 193 poin ke Rp13.800/US$ dengan pergerakan tertinggi Rp13.685/US$ dan terlemah Rp13.917/US$.
Adapun, adanya perombakan kabinet Jokowi yang sebagian besar mengganti menteri ekonomi belum mendapatkan reaksi dari pasar. “Bukan bereaksi negatif, tapi pasar belum bereaksi karena pelaku pasar masih fokus pada yuan dan pelemahan rupiah,” kata Satrio kepada Bisnis.com, Rabu (12/8/2015).
Dia menilai, sebenarnya faktor utama yang membuat penurunan IHSG turun terdalam adalah pertumbuhan perekonomian yang belum juga meningkat signifikan.
Menurutnya, investor asing sudah mulai angkat kaki dari pasar saham sejak awal bulan ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II diumumkan. Hal ini terbukti sejak 4 Agustus hingga saat ini, asing terus mencatatkan aksi net sell.
Hari ini, aksi net sell asing tercatat Rp763,76 miliar atau terbesar sepanjang Agustus. “Kondisi tersebut diperparah dengan devaluasi yuan dan pelemahan rupiah, makanya seperti ini,” tambahnya.
Adapun, sentimen positif yang tadinya diharapkan bisa mendongkrak kinerja IHSG adalah perombakan kabinet tersebut. “Tetapi bagaimana ya, pasar memang belum bereaksi. Entah ada ketidakpuasan atau apa, saya tidak tahu, yang jelas belum terlihat.”
Dia berharap, sentimen dari China ini hanya berlangsung sementara dan bisa selesai pekan ini. Di tengah kondisi harga murah saat ini, investor sebenarnya masih bisa masuk untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi pada saat pasar pulih nanti. Menurutnya, masih ada harapan perekonomian tumbuh semester II sehingga bisa membantu kinerja IHSG.
Guna menjaga stabilitas market yang saat ini masih belum stabil, ada kemungkinan Otoritas Jasa Keuangan akan mempertimbangkan wacana beli kembali (buyback) saham tanpa melakukan rapat umum pemegang saham.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan untuk menjaga stablitas pasar saham, OJK bisa saja mempertimbangkan wacana buyback tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS).
“Kami akan kaji situasinya untuk kemudian diambil kebijakan apakah akan diterapkan kembali buyback tanpa RUPS,” kata Nurhaida kepada Bisnis.com, Selasa (11/8).
OJK pernah mengeluarkan aturan tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan pada 27 Agustus 2013. Surat edaran keluar karena kondisi perdagangan saham di BEI dalam tiga bulan terakhir mengalami tekanan, tercermin dari penurunan IHSG hingga 23,91% sejak 20 Mei 2013 hingga 27 Agustus 2013.
Ketika kondisi tersebut, emiten dapat membeli kembali (buyback) sahamnya sampai batas maksimal 20% tanpa meminta persetujuan pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Kondisi pasar dianggap berfluktuasi secara signifikan jika IHSG selama tiga hari bursa berturut-turut secara kumulatif turun 15% atau lebih, atau kondisi lain yang ditetapkan OJK. Bisnis mencatat sejak aturan itu terbit hingga Desember 2013 terdapat 24 emiten yang mengumumkan rencana buyback saham.
Transaksi asing sepanjang Agustus 2015
Periode Net buy/net sell Nilai (Rp miliar)
3 Agustus net buy 327,99
4 Agustus net sell 531,81
5 Agustus net sell 188,87
6 Agustus net sell 252,24
7 Agustus net sell 259,72
10 Agustus net sell 114,37
11 Agustus net sell 584,64
12 Agustus net sell 763,76
sumber: BEI