Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan diprediksi sudah meninggalkan tren penurunan jangka pendek dan menengah seiring positifnya respon pasar terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan, bersamaan dengan naiknya bursa global. Indeks naik sebesar 1,45% ke 4.850 setelah bergerak di antara 4.780-4.850. Sebanyak 181 saham naik, 115 saham turun, 80 saham tidak bergerak, dan 180 saham tidak ditransaksikan.
Investor membukukan transaksi Rp5,42 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp4,39 triliun dan transaksi negosiasi Rp1,03 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi jual bersih (net buy) sebesar Rp135,12 miliar. Namun, rekapitulasi BEI menunjukkan asing net sell Rp188,87 miliar.
Dari Asia, mayoritas indeks saham menguat. Kondisi itu ditunjukkan oleh indeks Nikkei225 di Jepang yang naik 0,46%, indeks Kospi di Korsel menguat 0,09%, dan indeks Hang Seng di Hong Kong terapresiasi 0,32%.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan menghijaunya IHSG pada disebabkan pasar yang merespon positif rilis data pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II sekitar 4,67% sudah di atas konsensus (konsensus analis yang terpantau di Reuters).
“Di atas ekspetasi konsensus analis yang 4,61%. Meski masih belum memuaskan, setidaknya di atas ekspetasi,” kata Satrio saat dihubungi Bisnis, Rabu (5/8).
Respon positif ditunjukkan dengan mulai meningkatnya harga saham perbankan. “Lebih merespon data pertumbuhan ekonomi, kalau inflasi tidak begitu pengaruh.”
Dia memprediksi, dengan pencapaian kemarin, IHSG dinilai sudah meninggalkan tren penurunan jangka pendek dan menengah. Menurutnya, IHSG bisa mencapai level psikologis 5.000 dalam waktu yang tidak lama lagi. Namun, dia memperkirakan belum akan dicapai pada pekan ini.
“Soalnya masih lihat kondisi regional juga. Amerika Serikat kan juga belum bagus-bagus sekali, jadi masih ada pengaruhnya ke regional,” tambahnya.
Meski sudah masuk tren positif, kata Satrio, masih ada sesuatu yang mengganjal, yakni masih terjadinya aksi net sell investor. Aksi jual investor tersebut disebabkan pasar masih berhati-hati mengambil keputusan. “Petumbuhan ekonomi memang di atas konsensus, tapi itu masih di bawah realiasasi kuartal I, jadi mereka agak khawatir juga sebenarnya.”
IHSG akan bisa lebih melaju kencang lagi bila Presiden Joko Widodo merealisasikan reshuffle kabinet, terutama untuk tim ekonomi. Menurutnya, laju pertumbuhan ekonomi butuh dipercepat lagi guna menstabilkan kondisi pasar.