Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan indeks harga saham gabungan yang signifikan pada perdagangan kemarin dinilai tidak mengindikasikan pulihnya pasar saham Indonesia. Indeks dinilai masih rawan koreksi.
Hari ini, Jumat (31/7/2015) indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat seiring kenaikan indeks regional.
Indeks menguat sebesar 1,91% ke 4.802 setelah bergerak di antara 4.721-4.801. Sebanyak 174 saham naik, 98 saham turun, 100 saham tidak bergerak, dan 185 saham tidak ditransaksikan.
Investor membukukan transaksi sebesar Rp6,18 triliun, terdiri dari transaksi reguler Rp4,70 triliun dan transaksi negosiasi Rp1,48 triliun.
Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) sebesar Rp250 miliar. Sementara, rekapitulasi Bursa Efek Indonesia mencatat net buy asing hingga Rp341,02 miliar.
Lonjakan IHSG memangkas sedikit penurunan tajam IHSG sepanjang Juli.
IHSG merosot 1,11% sepanjang pekan ini dan melemah 2,2% sepanjang Juli.
Investor di pasar saham Indonesia sudah mulai membangun posisi baru setelah sebagian besar emiten utama merilis laporan keuangan kuartal II/2015.
Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia mengatakan telah dirilisnya sebagian besar laporan keuangan emiten membuat investor mulai memasang posisi baru.
Adapun sebagian besar kinerja emiten masih tumbuh, meski di bawah ekspetasi pelaku pasar.
Namun demikian, investor melihat kondisi saat ini sudah berada di titik terendah atau cukup murah sehingga waktunya untuk kembali membeli.
“Dengan kondisi laporan keuangan emiten yang di bawah harapan, banyak yang beranggapan kondisi sudah akan naik dan tidak akan jelek lagi. Jadi orang memilih beli, sudah murah, sehingga membuat IHSG bergerak naik,” kata Satrio saat dihubungi Bisnis, Jumat.
Menurutnya, kenaikan IHSG yang cukup signifikan pada perdagangan kemarin belum tentu mengindikasikan IHSG sudah melewati masa koreksinya.
Bahkan, lanjutnya, IHSG diprediksi hanya naik sementara. Masih ada sejumlah emiten yang mesti diwaspadai lantaran bisa berdampak besar pada IHSG.
“Sampai data pertumbuhan ekonomi kuartal II keluar, kalau bagus bisa terus menguat. Kalau di bawah target, bisa terkoreksi lagi,” jelasnya.
Harapannya, pertumbuhan ekonomi nasional bisa tumbuh setidaknya 4,9% sesuai dengan harapan Menteri Keuangan.
Selain itu, bursa saham China juga masih mesti diwaspadai. Pasalnya, di tengah kondisi dalam negeri yang sudah membaik, jangan sampai koreksi di bursa China mengacaukan semuanya.
“Dalam negeri sudah mulai bagus, investor optimis. Kalau regional jelek lagi, bisa menghancurkan sentimen,” tambahnya.
Pada perdagangan pekan depan, Satrio memprediksi IHSG berpotensi menguat terbatas.
Pekan depan akan ada rilis data inflasi yang diprediksi akan bagus. IHSG diprediksi berada di level support 4.749-4.741 dan level resisten 4.825-4.850.
Hans Kwee, Direktur PT Investa Saran Mandiri mengatakan kenaikan IHSG lebih karena technical rebound.
“Setelah tertekan cukup banyak, sekarang investor beli lagi, mulai masuk lagi,” kata Hans.
Pekan depan, dia memprediksi IHSG dalam pergerakan konsolidasi cenderung menguat, tapi sedikit terbatas.
Hal ini lantaran akan dirilisnya data inflasi dan juga pertumbuhan ekonomi. “Sepertinya inflasi Juli akan bagus ya, jadi saya pikir IHSG bakal menguat, tapi tidak banyak.”