Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil surat utang negara bertenor 10 tahun diperkirakan stabil di posisi 8,2%-8,5% pada pekan ini.
Jumat pekan lalu, imbal hasil surat utang negara (SUN) 10 tahun berakhir di 8,25%, turun 1,83 bps dari hari sebelumnya. Adapun, imbal hasil SUN lima tahun di 8,14%, turun 2,08 bps.
Desmon Silitonga, Analis Senior PT Millenium Capital Management, mengatakan imbal hasil minggu ini bakal stabil. Meski begitu, pergerakan imbal hasil berpotensi dipengaruhi oleh krisis utang Yunani. Yunani akan menentukan referendum terkait diterima atau tidaknya syarat dana talangan baru.
Selain kondisi Yunani, pergerakan yield dipengaruhi lelang empat seri SUN dengan target indikatif Rp10 triliun. Dalam lelang itu akan diperkenalkan dua seri yang bakal menjadi SUN acuan (benchmark) baru yaitu FR0056 dan FR0072. FR0072 merupakan seri yang baru dibuka.
“Kehadiran dua seri baru ini diperkirakan menarik minat investor,” ujar Desmon).
Seri FR0056 memiliki tingkat bunga tetap 8,375% dan jatuh tempo pada 15 September 2026, sedangkan seri FR0072 jatuh tempo pada 15 Mei 2036
Perkiraannya, pada lelang nanti jumlah penawaran yang masuk berkisar dua hingga tiga kali dari target indikatif. Pemerintah diperkirakan memaksimalkan penyerapan dari lelang itu.
“Jika yield kompetitif bukan tidak mungkin pemerintah menyerap hingga Rp12 triliun sampai Rp15 triliun,” ucap Desmon.
Hingga medio Juni, realisasi penyerapan surat berharga negara (SBN) berdenominasi valas dan rupiah mencapai 65% dari target penerbitan kotor sebesar Rp452 triliun. Pemerintah menjalankan strategi front loading untuk mengejar target tersebut. Menurut Desmon, meski target penerbitan SBN tahun ini relatif besar, pemerintah tetap tidak akan menambah jumlah penerbitan SUN berbentuk rupiah.
“Alhasil, dapat mengurangi pasokan di pasar sekunder yang nantinya bisa memengaruhi pergerakan yield,” kata Desmon.
Menurutnya, jika nilai penerbitan SUN belum memenuhi target, maka pemerintah akan mengandalkan penerbitan SUN berbentuk valas atau pinjaman bilateral/multilateral.
Hingga 2 Juli 2015 investor asing masih menjadi investor terbesar pemegang SBN rupiah, sebesar Rp535,67 triliun atau 39.46% dari total emisi SBN. Selama tujuh hari terakhir, sejak 24 Juni hingga 2 Juli 2015, investor asing sudah memasukkan dana sebesar Rp8,22 trilin ke pasar SBN rupiah.
Desmon menilai sepanjang pekan lalu pasar SUN cenderung bergerak dalam tren menguat. Investor kembali melirik pasar SUN, khusunya investor perbankan dan asing, setelah pada awal hingga pertengahan Juni cenderung ‘meninggalkan’ pasar SUN. Gairah ini terlihat dari penurunan imbal hasil, awalnya 8,5% lantas menurun ke 8,2%.
“Penurunan yield ini menunjukkan adainflow ke pasar SUN. Ini juga terlihat dari lelang SUN di pasar primer yang kembali bergairah, baik rupiah maupun valas, dengan besarnya jumlah penawaran yang masuk,” tutur Desmon.
Misal, penawaran masuk pada lelang SUN valas 29 Juni 2015 di atas US$800 juta, lebih tinggi dari target indikatif US$500 juta.
Desmon menilai stabilnya yield di pasar sekunder sepanjang pekan lalu dipengaruhi inflasi yang masih terkendali serta terjaganya fluktuasi nilai tukar rupiah. Sepanjang pekan lalu nilai tukar rupiah bergerak di level Rp13300 per dolar AS. Juga dipengaruhi kebijakan the Fed yang masih akan mempertahankan suku bunga acuannya.