Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menunda rencana penerbitan obligasi berdenominasi valuta asing senilai US$500 juta pada tahun ini.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan penundaan dapat dilakukan hingga jangka waktu 2 tahun ke depan. Rencana emisi obligasi global tersebut akan digunakan untuk refinancing utang jatuh tempo perseroan.
"Kami sudah menerbitkan global bonds US$500 juta dulu, sekarang belum lagi," ungkapnya saat berbincang dengan Bisnis.com di sela peresmian Pelabuhan Terminal Teluk Lamong di Surabaya akhir pekan lalu.
Pada 27 April 2012, BNI melalui BNI Cabang London, menerbitkan surat utang dengan jumlah US$500 juta yang akan jatuh tempo pada 27 April 2017. Tingkat suku bunga 4,13% per tahun dibayarkan setiap enam bulan sejak 27 Oktober 2012.
Global bonds tersebut dikeluarkan pada harga 98,89% setara dengan US$494,4 juta dan terdaftar pada Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST). Dari total dana yang diterima senilai US$494,4 juta tersebut, sebesar US$400.000 digunakan sebagai biaya penerbitan global bonds.
Saat itu, BNI menggunakan perolehan dana hasil global bonds untuk tambahan sumber pendanaan untuk cabang luar negeri dan bagi pendanaan umum emiten berkode saham BBNI tersebut. Secara keseluruhan, nilai total global bonds mencapai Rp6,5 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 31 Maret 2015, BNI juga memiliki pinjaman bilateral dengan nilai total US$550 juta. Terdiri dari pinjaman bilateral dalam negeri US$240 juta dan luar negeri US$310 juta.
Pinjaman bilateral dalam negeri dari Standard Chartered Bank Jakarta senilai US$200 juta memiliki jangka waktu 5 tahun. Tingkat suku bunga pinjaman ini sebesar LIBOR 3 bulan ditambah 1,95% dan akan jatuh tempo pada 19 September 2019.
Pinjaman bilateral dalam negeri dar Bank HSBC Jakarta sebesar US$40 juta memiliki jangka waktu 1 tahun. Pinjaman dengan tingkat bunga LIBOR 3 bulan ditambah 1,25% ini akan jatuh tempo pada 19 September 2015.
Sementara itu, pinjaman bilateral luar negeri dari BNP Paribas Singapore dan Bank Wells Fargo Hong Kong senilai US$260 juta memiliki jangka waktu 2 tahun. Pinjaman ini memiliki tingkat suku bunga 3 bulan ditambah 1% dengan masa jatuh tempo pada 5 Desember 2016.
Adapun, pinjaman bilateral luar negeri dari Societe Generale Paris senilai US$50 juta memiliki jangka waktu 4 tahun. Pinjaman ini memiliki tingkat suku bunga LIBOR 3 bulan ditambah 2,30% dan akan jatuh tempo pada 17 Desember 2018.
Direktur BNI Rico Rizal Budidarmo sebelumnya mengatakan rencana penerbitan obligasi senilai US$500 juta ini telah dimasukkan dalam rencana bisnis bank (RBB). Dalam RBB tersebut, BNI memproyeksikan akan menerbitkan obligasi valas senilai US$500 juta pada semester II tahun ini.
Sejak awal tahun, BNI memang menjajaki emisi obligasi valas dalam mata uang yen atau samurai bonds pada 2016 untuk refinancing utang jatuh tempo pada 2017. Nilai obligasi yang direncanakan mencapai US$500 juta-US$1 miliar.