Bisnis.com, JAKARTA—Indeks sektor agribisnis mengalami pelemahan mingguan tertajam dalam lebih dari setahun terakhir. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk jatuh 8,16% selama sepekan/
Kejatuhan indeks sektor agribisnis mewarnai pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah 0,85% dalam sepekan.
Indeks sektor agribisnis anjlok 4,73% sepanjang pekan ke-4 Maret, pelemahan paling parah sejak pekan ke-2 Januari 2014 atau dalam 15 bulan terakhir.
Nilai saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang merosot 8,16% hanya dalam sepekan, padahal sejak awal tahun produsen kelapa sawit tersebut hanya tertekan 3,09%.
Isu pengenaan pungutan US$50 bagi ekspor minyak sawit mentah di tengah kelesuan harga menjadi alasan utama kejatuhan harga saham produsen-produsen kelapa sawit.
Saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) jatuh 6,91% dalam sepekan, PT Salim Ivomas Pratama Tb merosot 4,26%, dan PT Eagle High Plantations Tbk anjlok 7,22%. Hanya saham PT Sinar Mas Agro Resources & Technology atau SMART (SMAR) yang bertahan stagnan.
Di tengah pelemahan IHSG, saham PT Bank of India Indonesia (BSWD) melonjak nyaris 2 kali lipat. Nilai saham BSWD melonjak dari level 2.565 ke 4.650 setelah berminggu-minggu stagnan.
Adapun saham perusahaan grup rumah sakit Mitra Keluarga, PT Mitra Keluarga Karyasehat TBK (MIKA), yang dilepas ke bursa pekan ini menanjak 28,24%. Harga saham MIKA naik dari harga IPO Rp17.000 per lembar menjadi Rp21.800 per lembar.
Beberapa saham yang termasuk memiliki kinerja terburuk sepanjang pekan adalah PT Cipaganti Citra Graha Tbk (23,58%), PT Bumi Resources Minerals Tbk (-21,76%), dan PT Buana Listya Tama Tbk (-20,30%).
Bursa Efek Indonesia pada pekan ini mencetak kinerja paling buruk dibandingkan 2 bursa utama regional, Bursa Malaysia dan Singapore Stock Exchange. Indeks KLCI Malaysia selama seminggu menguat justru 0,54%, sedangkan indeks STI naik 1,10%.
Indeks Bisnis27 selama sepakan turun 1,12%, sedangkan indeks syariah merosot 1,62%. Nilai tukar rupiah ditutup terapresiasi 0,45% ke Rp13.065 per dolar AS, kembali tertekan setelah sempat kembali ke level Rp12.000-an pada tengah pekan.
Harga SUN benchmark bertenor 10 tahun, FR70 naik 0,64% sepanjang minggu dan menekan yield obligasi tersebut sebesar 1,38% dari 7,388 pada akhir pekan lalu menjadi 7,285.
Pembelian SUN oleh Bank Indonesia adalah pendongkrak utama harga obligasi pemerintah. BI mengucurkan Rp11,28 triliun sejak pengumuman The Fed pada 18 Maret 2015 sampai Kamis, 26 Maret 2015 di pasar obligasi sekunder. Adapun kepemiikan SUN oleh asing naik Rp4,79 triliun dalam periode yang sama menjadi Rp500,63 triliun.