Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis manajer investasi mulai bangkit seiring positifnya industri reksa dana dalam negeri. Terlihat, sejumlah manajer investasi mulai aktif kembali masuk ke Indonesia sejak 2013.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah manajer investasi (MI) terus turun sejak 2009 sampai 2012. Adapun perinciannya, pada 2009 jumlah MI tercatat 93 MI, kemudian turun menjadi 83 MI dan 82 MI pada 2010 dan 2011. Penurunan terus berlanjut hingga 2012 yang hanya mencatat sekitar 73 MI.
Namun, sejak 2013 tren mulai berubah. Kala itu, ada penambahan dua manajer investasi baru sehingga total menjadi 75 MI. Lalu, pada pertengahan tahun lalu, PT Graha Dana Dinamika dan PT Quant Kapital Investama juga turut meramaikan industri ini.
PT Graha Dana Dinamika masih perusahaan afiliasi Grup Lippo. Pemegang saham mayoritas merupakan PT Prima Kreasi Propetindo dengan kepemilikan 75%. Sedangkan sisanya digenggam PT Grand Villa Persada. Sedangkan, PT Quant Kapital Investama bukan bagian dari grup perusahaan.
Teranyar, di pengujung tahun masuk kembali nama baru, yakni PT Asia Raya Kapital dan PT Danakita Investama. Berdasarkan data OJK, PT Asia Raya Kapital merupakan perusahaan nasional dengan modal dasar Rp100 miliar dan modal disetor Rp50 miliar. Perusahaan ini mendapat izin penerbitan efektif dari OJK pada 29 Desember 2014.
Pemegang saham perusahaan terdiri dari Soetrisno Bachir yang memiliki saham 89%, PT Berkah Makmur Nusantara sekitar 1% dan Muhammad Syafii Antonio 10%. Saat ini, perusahaan belum memiliki produk reksa dana. Bisnis sudah mencoba menguhubungi direksi perusahaan ke kontak perusahaan, tapi belum dapat disambungkan.
Sedangkan, PT Danakita Investama mendapatkan izin penerbitan efektif dari OJK tertanggal 27 November 2014. Perusahaan ini memiliki modal dasar Rp100 miliar dan modal disetor Rp25 miliar. Berdasarkan data Pusat Informasi OJK, saat ini Danakita sudah memiliki dua produk reksa dana, yakni Reksa Dana Terproteksi Danakita Proteksi Seri I dan Reksa Dana Terproteksi Danakita Proteksi Seri II. Bank Kustodian yang digunakan adalah Bank Permata.
Marshell Green Samudra, Direktur Utama PT Danakita Investama mengatakan kedua produk itu belum diluncurkan dan akan diluncurkan akhir bulan ini. Pihaknya mengaku belum bisa menargetkan nilai asset under management (AUM) perusahaan lantaran masih terlalu dini. Yang pasti, perusahaan ingin nilai dana kelolaan itu bisa mencapai batas minimum Rp25 miliar.
“Karena kami belum kerjasama dengan bank, penjualan kami masih kontak klien-klien saja sementara ini,” kata Marshell saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (17/3/2015).
Menurut Marshell, surat izin penerbitan efektif dari OJK sampai kepadanya pada awal Desember lalu. Langkah pertama, perseroan memang baru meluncurkan produk reksa dana terproteksi. Ke depannya, sangat dimungkinkan untuk meluncurkan reksa dana jenis lain. Tahun ini juga, direncanakan akan meluncur produk reksa dana saham.
Dia menilai, industri reksa dana dalam negeri terus menggeliat. Semakin banyak masyarakat yang investasi di reksa dana. Hal ini membuat dirinya tertarik ikut dalam bisnis ini. Di perusahaan, Marshell memiliki saham sekitar 5%.
“Potensinya sangat besar industri ini, sekarang mulai bagus. Kami ini tidak punya sekuritas, jadi manajer investasi berdiri sendiri,” jelasnya.
Pesatnya industri reksa dalam negeri memang menarik minat investor untuk masuk ke bisnis ini. Bukan hanya dari lokal, perusahaan internasional juga tidak sedikit yang melirik bisnis ini di Indonesia. Seperti, dua perusahaan investasi asing, PineBridge Investment dan Farallon Capital LLC yang dikabarkan membentuk konsorsium untuk masuk ke Indonesia dalam waktu dekat.
Kedua perusahaan investasi raksasa itu akan masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi PT AAA Asset Management. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mayoritas pemegang saham AAA Asset Management saat ini dikuasai oleh PT AAA Investment dengan kepemilikan 99%. Sedangkan sisanya dimiliki oleh RD Zamzam Reza dengan kepemilikan 1%. []