Bisnis.com, JAKARTA--Kenaikan harga minyak mentah dunia dinilai hanya sebuah "kepalsuan sementara." Bahkan, dalam sebuah laporan Citigroup diperkirakan harga minyak dunia akan anjlok hingga US$20 per barel.
Citigroup Global Head of Commodity Research Edward Morse, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (10/2/2015), mengatakan pihaknya telah menurunkan proyeksi harga minyak mentah dunia yang dirilis pada Senin (8/2/2015).
Kendati penurunan pasokan minyak mentah global telah mendorong naiknya harga dalam beberapa pekan terakhir, produksi minyak di Amerika Serikat masih terus meningkat.
"Brasil dan Rusia menggenjot produksi minyak hingga mencapai rekor tertinggi, dan Arab Saudi, Irak, serta Iran terus mempertahankan pangsa pasar mereka dengan memangkas harga jual ke Asia," ungkapnya.
Oleh sebab itu, akan terjadi kelebihan pasokan minyak mentah di pasar global hingga tangki penyimpanan minyak mentah pun meluber. Menurutnya, koreksi produksi tidak akan mungkin terjadi hingga kuartal ketiga tahun ini.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) yang saat ini diperdagangkan pada level US$52 per barel, dapat merosot hingga kisaran US$20 per barrel untuk sementara waktu.
Revolusi shale-oil AS, sambungnya, telah menghancurkan kemampuan OPEC untuk memanipulasi harga dan memaksimalkan keuntungan bagi negara-negara penghasil minyak.
"Sepertinya sangat tidak mungkin bagi OPEC untuk kembali ke cara lama dalam melakukan bisnis. Sementara banyak analis telah melihat krisis pasar masa lalu sebagai akhir periode OPEC, kali ini mungkin akan berbeda," katanya.
Citi Group mengoreksi perkiraan tahunan harga minyak mentah brent untuk kedua kalinya pada tahun ini.
Harga pada kisaran US$45-US$55 per barel dinilai tidak berkelanjutan dan akan menjadi pemicu penarikan investasi dari sektor minyak mentah serta akan ada rebound harga menjadi US$75 per barel pada kuartal IV/2015. Harga minyak tahun ini diperkirakan rerata mencapai US$54 per barel.