Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembatasan Saham Asing di Asuransi Positif Bagi Perekonomian

Keinginan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membatasi kepemilikan saham asing di perusahaan asuransi maksimal 60% dinilai akan memberikan peluang penciptaan stabilitas makroekonomi nasional.
Bisnis.com, JAKARTA Keinginan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membatasi kepemilikan saham asing di perusahaan asuransi maksimal 60% dinilai akan memberikan peluang penciptaan stabilitas makroekonomi nasional.
 
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan selain untuk mendorong asuransi lokal, jika wacana ini dieksekusi paling tidak akan berimbas positif dari sisi neraca jasa dan pendapatan primer yang selama ini selalu defisit yang pada gilirannya memperlebar defisit neraca transaksi berjalan.
 
Tekanan dari CAD [current account deficit/neraca transaksi berjalan] harusnya berkurang namun saya belum hitung besaran dampaknya, katanya dalam pesan singkat ke Bisnis.com, Kamis (4/12).
 
Menilik data laporan neraca pembayaran Indonesia dari Bank Indonesia, mulai 2012 neraca transaksi berjalan nasional berbalik defisit US$24,42 miliar setelah tahun sebelumnya masih surplus US$1,69 miliar. Tren yang terjadi justru defisit it uterus melebar hingga pada 2013 sudah mencapai US$29,10 miliar.
 
Pada tahun ini posisi hingga kuartal III/2014, defisit mulai menciut di level US$19,69 miliar. Sayangnya penciutan defisit ini justru diakibatkan dari pengetatan yang berdampak pada menciutnya surplus neraca barang. Sementara neraca pendapatan primer masih menunjukkan tren melebar.
 
Defisit neraca pendapatan primer Januari-September 2014 mencapai US$20,61 miliar, naik 3,67% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$19,87 miliar.
 
Tak tanggung-tanggung, tren defisit neraca pendapatan selama empat tahun terakhir ini terus meningkat. Defisit neraca pendapatan 2012 mencapai US$26,62 miliar, naik 0,30% dari tahun sebelumnya US$26,54 miliar. Adapun, defisit neraca pendapatan 2010 sebesar US$20,69 miliar.
 
Defisit neraca pendapatan primer melebar tiap tahunnya dipengaruhi kenaikan pembayaran dividen atas kepemilikan saham domestik nonresident dan pembayaran bunga pinjaman luar negeri. Selain itu, defisit juga disumbang oleh peningkatan pencatatan keuntungan perusahaan PMA oleh investor asing.
 
Oleh karena itu, lanjut Andry, keinginan OJK untuk menekan porsi kepemilikan asing di saham asuransi akan membawa dampak positif yang secara bertahap untuk neraca pendapatan primer nasional.
 
Seperti diberitakan Bisnis, keinginan penekanan porsi saham asing di perusahaan asuransi karena kondisi Indonesia saat ini berbeda dengan era 1990-an saat liberalisasi sektor keuangan, termasuk asuransi yang membutuhkan modal besar asing dalam negeri.
 
Kepala Eksekutif Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan saat ini yang dibutuhkan Indonesia bukan modal semata karena banyak pemodal dalam negeri yang mampu melakukan investasi di industri asuransi.
 
Sekarang orang punya uang Rp100 miliar-Rp200 miliar banyak. Jadi, sekarang yang diperlukan adalah transfer of knowledge. Jadi, ke depan liasion [izin] baru kalau diturunkan menurut saya tidak masalah, kata Firdaus. (Bisnis, 3/12).
 
Menanggapi sikap OJK tersebut, Andry mengatakan pembatasan dari 80% ke 60% tidak banyak mengubah lanskap industri asuransi karena asing tetap bisa mayoritas. Namun, tetap dia melihatnya positif karena ada upaya OJK untuk memberikan ruang lebih besar untuk investor domestik.
 
Namun demikian, sambungnya, sejalan dengan langkah ini, pemerintah juga perlu memastikan kesiapan lokal karena equity perusahaan lokal masih relatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper