Bisnis.com, JAKARTA--Dua operator code division multiple access (CDMA) PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) akan menyatu sebagai entitas bisnis paling lambat akhir November 2014.
Aksi penggabungan usaha tersebut dilakukan dalam bentuk asset-to-equity-share alias konversi aset menjadi kepemilikan saham Bakrie Telecom di bawah 20% dalam Smartfren.
Direktur Jaringan Smartfren Merza Fachys mengatakan penekenan memorandum of understanding (MoU) setebal 156 halaman tersebut dilakukan kedua perseroan bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka menyehatkan sekaligus menyelamatkan industri CDMA.
Konsep kerja sama in, tuturnya,i membagi tugas kedua entitas terkonsolidasi secara terpisah yakni Smartfren sebagai penyedia jaringan dan jasa, serta Bakrie Telecom hanya sebagai penyedia jasa layanan.
"Bentuk aliansi ini merupakan realisasi Kepmen Kominfo 932/2014. Sementara secara business-to-business (B2B) masih diurus melalui OJK dan BEI," ujarnya, Rabu (5/11/2014).
Menurut dia, Permen tersebut merupakan turunan Permen Kominfo 30/2014 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio 800 MHz untuk Keperluan Penyelenggaran Jaringan Bergerak Seluler yang mengharuskan pemegang spektrum frekuensi beralih ke basis Global System for Mobile Communication (GSM) dengan masa transisi dua tahun.
"Meski demikian, pelanggan tetap dapat menggunakan layanan perseroan seperti biasa tanpa sadar adanya perubahan teknis tersebut," jelas Merza.
Dia juga menjelaskan meski ada konsolidasi, rencana jangka panjang kedua entitas tetap terpisah walaupun keduanya sama-sama berencana menggelar layanan seluler generasi keempat 4G-LTE-FDD (frequency division duplex) tahun depan.
Mengenai jangka waktu perjanjian, Merza mengaku tak tercantum dalam dokumen tertanda-tangan. "Jangka waktu tidak ditentukan, namun berlaku selama kedua pihak masih sepakat."
Meski demikian, perjanjian ini juga tidak bisa dibatalkan mengingat perjanjian ini sendiri merupakan turunan Kepmen Kominfo 932/2014 yang notabene tak terbantah.
Direktur Keuangan Smartfren Telecom Anthony Susilo menambahkan kepemilikan Bakrie Telecom akan diraih dari delusi kepemilikan tiga pemegang saham besar yakni PT Wahana Inti Nusantara (32,81%), PT Global Nusa Data (24,80%), dan PT Bali Media Telekomunikasi (24,1%). Sayang dia enggan menyebut pemegang mana yang bersedia mendelusi kepemilikan sahamnya.
Per semester I/2014, Smartfren membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,43 triliun. Meski Anthony mengakui EBITDA sudah positif sejak kuartal II, perseron ternyata mencatat rugi bersih Rp652,14 miliar dengan melayani pelanggan 13 juta. Di periode sama, posisi total modal masih sebesar Rp3,39 triliun.
Sedang Bakrie Telecom di periode sama mencetak Rp831,85 miliar meski juga merugi bersih Rp316,83 miliar. Yang unik, di periode tengah tahun berjalan ini, perseroan membukukan total ekuitas minus Rp1,32 triliun padahal masih melayani 12,54 juta pelanggan.