Bisnis.com, JAKARTA -- PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk akan menempuh strategi natural hedging guna mengurangi kerugian akibat pelemahan rupiah. Hal ini dianggap cara jitu seiring dengan meningkatnya permintaan kertas dari pasar luar negeri.
Sekretaris Perusahaan Kertas Basuki Rachmat Indonesia (KBRI) Budi Priyadi mengatakan tidak dipungkiri depresiasi rupiah sedikit banyak mempengaruhi operasional perseroan. Namun, hal itu dianggap bukan kendala besar.
"Mengingat tahun ini kami tidak terlalu fokus terhadap produksi. Fokus manajemen saat ini adalah merampungkan Paper Machine [PM II]," ujar Budi saat dihubungi Bisnis, Rabu (8/10/2014).
Budi mengatakan dari awal tahun perseroan memang tidak memasang target tinggi terhadap angka pendapatan. Bahkan Budi mengakui jika melihat kondisi pendapatan terakhir, pendapatan tahun ini lebih rendah dari capaian tahun lalu.
Bahkan berdasarkan catatan Bisnis, beberapa saat lalu perseroan sempat menghentikan sementara kegiatan produksi mesin kertas no.1 (PM-I) yang mengakibatkan perseroan sama sekali tidak membukukan pendapatan.
Untuk mengejar ketertinggalan itu, maka tahun depan perseroan akan menggenjot kapasitas produksinya seiring beroperasinya PM II diawal 2015.
Berdasarkan penuturan Budi, PM II memiliki kapasitas produksi sebesar 150.000 ton pertahun, sedangkan PM I hanya sebesar 10.000 ton pertahun. Dari PM II ini kami akan alokasikan 80% untuk ekspor. Hal ini perlu untuk hedging natural, katanya.
Budi yakin, menyasar pasar ekspor bisa menekan kerugian akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Mengingat saat ini pemasaran produk perseroan masih berkutat di dalam negeri.
"Permintaan [dari luar] sebenarnya sudah banyak ke kami. Tapi kamu nunggu PM II selesai," jelasnya.