Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah gencarnya kampanye anti rokok, jumlah perokok di Indonesia masih tetap tumbuh dan diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun ini.
Pertumbuhan permintaan konsumen tersebut dinilai memberi dampak positif bagi kinerja perusahaan rokok, salah satunya PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM).
Analis Mega Capital Indonesia Helen Vicentia menyebutkan rata-rata produksi rokok Indonesia meningkat 5,55% sejak 2005 hingga 2013, dari 222 miliar batang menjadi 342 miliar batang. Adapun hingga akhir tahun ini diprediksi masih bisa tumbuh 3,2% menjadi 353 miliar batang.
“Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan Rusia,” paparnya dalam riset yang diterima Bisnis, Jumat (26/9/2014).
Sementara itu, pendapatan Wismilak Inti Makmur rata-rata naik 31,6% sejak 2007-2013 menjadi Rp1,59 triliun dan volume penjualan rata-rata naik 29,1% menjadi 2,74 miliar, yang dikontribusikan oleh produk Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Adapun hingga akhir tahun ini, pendapatan Wismilak diproyeksi naik menjadi Rp1,69 triliun dan Rp1,91 triliun pada 2015 dengan laba sebesar Rp60 per saham.
“Dari sisi valuasi, kami menetapkan target harga WIIM sebesar Rp665/saham dengan rekomendasi beli. Target ini mencerminkan rasio PE pada 2015 sebesar 11,4 kali dan PBV sebesar 1,44 kali,” ungkapnya.
Dia menambahkan sejumlah hal yang dapat menghambat pertumbuhan kinerja perseroan adalah kebijakan pemerintah dalam menetapkan tarif cukai rokok, pembatasan iklan rokok di media serta peraturan pencantuman gambar seram pada kemasan rokok dan kampanya kesehatan.