Bisnis.com, WASHINGTON - Harga minyak dunia jatuh pada Senin ata Selasa (11/3/2014) pagi WIB, karena data perdagangan China yang lemah memicu kekhawatiran atas permintaan di ekonomi terbesar kedua dunia itu.
Kontrak utama minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, merosot US$1,46 menjadi ditutup pada US$101,12 per barel di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April turun 92 sen menjadi menetap di US$108,08 per barel.
"Penurunan tajam dalam ekspor China pada Februari memicu kekhawatiran bahwa ekonomi global bisa melambat," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
"Itu dikatakan, data Februari terdistorsi oleh perayaan Tahun Baru China, yang berarti bahwa situasi hanya akan menjadi benar-benar jelas setelah angka untuk Maret diterbitkan." Angka resmi China yang dirilis Sabtu (8/3/2014) menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencatat defisit perdagangan yang tak terduga sebeasr US$22,98 miliar pada Februari, karena ekspor China turun 18,1% dan impor naik 10,1%.
Angka dibandingkan dengan apa yang analis harapkan akan menjadi surplus US$11,9 miliar. "Setiap kali ada kekhawatiran tentang pertumbuhan China dan angka seperti itu, itu jelas akan menempatkan tekanan pada harga minyak, terutama harga Brent," David Lennox, analis sumber daya di Fat Prophets di Sydney, mengatakan.
China mengimpor 23,05 juta metrik ton minyak mentah pada Februari, turun 18 persen dari anuari, kata Kantor Bea Cukai China.
Selain itu, para pedagang juga terus mencermati perkembangan krisis Ukraina karena negara Eropa Timur itu merupakan negara transit utama untuk pasokan dari Rusia ke Uni Eropa.
Rusia merupakan negara penghasil minyak penting, menghasilkan lebih dari 10 juta barel minyak mentah per hari pada Januari. Rusia juga merupakan produsen gas alam terbesar kedua di dunia. Lebih dari 70 persen dari ekspor minyak mentah dan gas Rusia dikirim ke Eropa melalui Ukraina.(Antara/AFP/Xinhua)