Bisnis.com, JAKARTA — Meski ekspor bijih nikel sudah dihentikan, PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) memproyeksikan tetap ada pendapatan tahun ini sebesar Rp370,5 miliar dan laba bersih sebesar Rp115,875 miliar.
Sejak 2011, pendapatan perseroan seluruhnya berasal dari penjualan bijih nikel yang diekspor. Namun sejak 12 Januari 2014, perseroan telah menghentikan kegiatan ekspor guna mematuhi peraturan pemerintah.
Perseroan sudah mengantisipasi keluarnya kebijakan tersebut dengan membangun smelter nickel pig iron (NPI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Smelter berkapasitas 320.000 ton NPI per tahun dengan nilai investasi US$300 juta ini ditargetkan beroperasi pada 2016.
Sambil menunggu beroperasinya smelter, selama 2 tahun ini (2014—2015) perseroan hanya mengandalkan pendapatan dari penambangan dan pengolahan bijih besi yang baru saja diakuisisi pada 6 Februari, yaitu PT Citra Sindo Utama.
Nilai akuisisinya hanya Rp300 juta dan perseroan menggunakan dana internal. Setelah akuisisi ini, sharing penjualan nanti adalah perseroan 75% dan pemegang IUP 25%.
PT Citra Sindo Utama memiliki IUP Operasi Produksi bjih besi seluas 625 hektare (ha) di Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Total sumberdaya ditaksir mencapai 43 juta ton bijih besi.
Rencananya, produksi ditargetkan mencapai 325.000 ton konsentrat besi mulai Juni 2014, dan perlahan meningkat menjadi 600.000 ton masing-masing pada 2015 dan 2016.
Presiden Direktur Central Omega Resources Kiki Hamidjaja mengatakan dari proyeksi pendapatan Rp370,5 miliar tahun ini, sekitar 60% berasal dari penjualan konsentrat besi itu yang masih bisa diekspor.
“Konsentrat besi hingga kadar 62% masih bisa diekspor. Kami akan ekspor ke China, India, dan lokal juga. Kami masuk ke bijih besi untuk mengganjal kekosongan [pendapatan] selama dua tahun ini,” ujarnya dalam paparan publik, Selasa (11/2/2014).
Selain dari penjualan konsentrat besi, perseroan juga akan menikmati pendapatan dari bunga deposito yang disimpan dalam dolar AS.
Hal ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun sebelumnya dan terbukti cukup menambah pendapatan seiring dengan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah.