Bisnis.com, JAKARTA— Pemerintah mampu meraih US$4 miliar dari penerbitan obligasi valas global, melampaui target sebesar US$3 miliar.
Apa penyebab larisnya obligasi valas global tersebut, bagaimana pula dengan ketertarikan investor di pasar saham?
“(Investor) melarikan (sebagian) dananya ke obligasi negara. Investor mencari (bentuk investasi) yang lebih rendah tingkat risikonya,” kata Analis BNI Securities Thendra Crisnanda saat dihubungi Rabu (8/1/2014).
Investor mencari bentuk investasi yang lebih rendah risiko, ujarnya, karena dipicu sejumlah alasan, yaitu:
- Kondisi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri yang lebih lambat
- Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat yang berfluktuasi tinggi
Akhirnya adanya jaminan bunga dengan membeli obligasi valas global, menjadikan bentuk investasi tersebut menarik bagi kalangan investor.
“Ada switch dana. Ini pula yang menyebabkan jika transaksi saham pada tahun lalu mencapai Rp5 triliun per hari, sekarang ini hanya berkisar Rp3 triliun," kata Thendra.
Seperti diketahui, di luar dugaan, pemerintah melepas surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$4 miliar, lebih tinggi dari rencana semula US$3 miliar.
Dalam laporan Direktorat Jendral Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan yang dirilis Rabu (8/1), pemerintah menawarkan dua seri obligasi valas yakni RI0124 bertenor 10 tahun dan RI0144 bertenor 30 tahun.