Bisnis.com, JAKARTA— PT Monex Investindo Futures mengemukakan masih betahnya rupiah di level Rp11.700 per dolar Amerika Serikat, menyusul berlanjutnya kekhawatiran pasar atas kemungkinan pengurangan (tapering off) stimulus.
Analis dan Periset PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan rupiah masih melemah, meskipun adanya sentimen positif terkait meredanya risiko geopolitik di Timur Tengah yang menekan harga minyak mentah dunia sehingga diharapkan bisa memperbaiki defisit neraca perdagangan.
“Sehingga sempat terjadi penguatan rupiah pada awal sesi, tapi kemudian kembali melemah akibat pasar yang khawatir pengurangan stimulus,” kata Zulfirman dalam risetnya hari ini, Senin (25/11/2013).
Zulfirman mengatakan rupiah masih khawatir dengan potensi bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve akan mulai mengurangi jumlah pemberian stimulus moneter dalam waktu dekat.
Apalagi dii akhir pekan, Presiden Fed Atlana Dennis Lockhart dan Presiden Fed Kansas Ester George mengutarakan adanya kemungkinan pengurangan stimulus moneter pada pertemuan Desember 2013.
Investor, tambahnya, juga cemas dengan berlarutnya defisit neraca perdagangan dan current account, tingginya inflasi, dan perlambatan ekonomi Indonesia.
“Pasar tunggu data Indonesia {yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik) pada awal pekan depan,” kata Zulfirman.
Dia mengatakan kemungkinan nilai tukar rupiah atas dolar AS sampai rilis data tersebut akan bergerak di kisaran Rp11.700 per dolar AS.
“Bahkan ada potensi kemungkinan menyentuh level strategis Rp12.000 per dolar AS, karena juga akan nada rilis data tenaga kerja AS” kata Zulfirman.
Seperti diketahui Bloomberg Dollar index nilai tukar berada di posisi Rp11.720 per dolar AS pada pukul 10.03 WIB. Saat penutupan ahir peklan lalu (22/11/2013), nilai tukar ditutup Rp11.700 per dolar AS.