Bisnis.com, SINGAPURA - Timah menjadi pilihan terbaik logam dasar 2014 seiring dengan peningkatan permintaan global yang melampaui permintaan, menurut Morgan Stanley, yang menyoroti penurunan persediaan dan posisi China sebagai net importer.
"Anda mengalami pemulihan permintaan industry elektronik untuk solder bebas timbal, Anda menghadapi pengurangan substansial dalam persediaan yang terjadi selama tahun ini, " kata Peter Richardson, kepala ekonom logam yang berbasis di Melbourne. "China tidak lagi swasembada timah atau produksi timah."
Timah mengungguli lima logam dasar utama lainnya yang diperdagangkan di London Metal Exchange tahun ini karena Indonesia memberlakukan pembatasan ekspor, sehingga memperburuk defisit global.
Perubahan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah di negara eksportir terbesar dunia itu telah sangat mengganggu produsen lokal, menurut Richardson, yang mempelajari pasar timah sejak 1987.
Harga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya pada pabrikan elektronik dan industry kemasan. "Itu salah satu dari beberapa komoditas, yang mana China tidak lagi surplus untuk ekspor ke dunia, ke salah satu tempat impor, " kata Richardson dalam sebuah wawancara di Singapura pada 15 November. "Ketergantungan impor semakin besar karena cadangan tambang timah China menyusut."
Timah untuk pengiriman segera akan rata-rata US$ 22.845 per ton tahun depan, Morgan Stanley mengatakan dalam sebuah laporan pada 7 Oktober, sekaligus diegaskan Richardson. Ini lebih tinggi dar level US$22.203 di LME tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Timah untuk pengiriman 3 bulan, yang pada pada pukul 3:59 di Singapura US$22.900, turun 2,1% tahun ini , kurang dari kerugian nikel, aluminium, tembaga, timbal dan seng.
Favorit Long
Macquarie Group Ltd menyurvei lebih dari 325 orang di LME Week tahun ini, yang diselenggarakan di London bulan lalu, mencatat timah dalam posisi long sebagai favorit responden, bersama dengan lead. Posisi long adalah bertaruh pada kenaikan harga.
Permintaan global akan melebihi pasokan sampai 2016, menurut Morgan Stanley, yang memprediksi defisit 100 metrik ton tahun depan setelah kekurangan 1.600 ton tahun ini. China, pengguna terbesar dan produser, telah beralih menjadi pengimpor logam karena cadangan tambang domestiknya terkuras, menurut Richardson.
Indonesia membatasi ekspor logam timah agar diperdagangkan melalui bursa lokal pada 30 Agustus dalam upaya untuk menggantikan LME sebagai tempat untuk menetapkan harga patokan. Stok dilacak oleh LME turun menjadi 11.555 ton pada 15 November, level terendah sejak Desember, menurut data bursa . Waran dibatalkan, atau perintah untuk mengeluarkan logam dari gudang, sekarang tercatat 46% dari cadangan, proporsi tertinggi sejak Oktober 2012.
"Tidak seperti semua logam mulia lainnya, ketika harga turun, produksi turun," kata Richardson. "Itulah yang membuat timah sangat tidak biasa, adalah elastisitas harga pasokan serta permintaan, dan itu cukup menarik."