Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gejolak ekonomi dunia, investasi berkategori safe haven (aset yang aman) selalu menjadi salah satu alternatif investasi.
Selama ratusan tahun, emas menjadi salah satu bagiannya. Namun, dengan volatilitas pasar global yang demikian tajam belakangan ini, masihkah emas bisa disebut sebagai safe haven?
Ada beberapa pandangan atas pertanyaan tersebut, tetapi aman atau tidak, yang jelas harga emas memang sedang limbung dan terombang-ambing.
Tahun ini, emas akan menghadapi penurunan harga tahunan untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong tak menampik kalau status safe haven pada emas sudah memudar.
“Kalau emas status [safe haven] sudah cukup hilang ya. Volatilitas gold sudah 1—2 tahun. Sudah cukup lama, berabad-abad [menjadi safe haven],” katanya, seperti dilaporkan harian Bisnis Indonesia, Selasa (12/11/2013).
Menurutnya, tekanan ini mulai mengkristal kala Bank Sentral AS the Fed, mewartakan rencananya untuk mengurangi stimulus moneternya terhadap ekonomi AS (tapering).
Hal itu berarti the Fed memandang perekonomian AS sudah cukup kuat untuk dilepaskan. Kondisi tersebut, membuat pasar bermigrasi dari emas ke instrument lain.
Ketidakpastian aksi tapering tersebut lantas membuat emas bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi. Lukman menilai volatilitas yang lebar itu adalah yang membuat unsur ‘keamanan’ emas berkurang.
Senada dengan Lukman, analis PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengemukakan emas pernah menjadi safe haven kala resesi global menghantam sejumlah pusat perekonomian dunia pada rentang 2008—2011.
“Emas sekarang bukan sebagai aset safe haven, demand-nya berkurang karena Timur Tengah [sudah mereda] dan resesi global [sudah usai],” katanya.
HARGA ANJLOK
Sejak setahun lalu, harga emas spot internasional tercatat anjlok tajam 21,88%. Pada November 2012, emas masih diperdagangkan pada kisaran US$1.680-an/troy ounce (Rp615.166,35/gram).
Beberapa bulan terakhir, emas justru sulit bergerak dari kisaran US$1.300 (Rp476.021,59/gram). Malah, emas spot sempat merosot ke level US$1.200 (Rp439.404,58/gram) pada Juni tahun ini.
Tak jauh beda dengan emas spot, harga emas logam mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) setali tiga uang dengan rekan internasionalnya itu.
Untungnya, karena emas spot tak jadi patokan harga satu-satunya logam mulia Antam sehingga penderitaan harga emas Antam tak seburuk emas spot.
Data dari situs www.logammulia.com milik Antam menunjukkan penurunan harga emas mencapai 3,74% secara year to date.
Akhir tahun lalu, harga emas Logam Mulia Antam berada pada posisi Rp539.200 per gram, sedangkan harga emas pada transaksi awal pekan ini, Senin (11/11) hanya Rp519.000 per gram.
Meski harga relatif rendah dan fluktuatif, nyatanya logam mulia ini masih saja diburu pelaku pasar. Data dari Sekretaris Perusahaan Antam Tri Hartono memperlihatkan realisasi penjualan emas semester I/2013 membukukan lonjakan 63% secara tahunan.
Adapun menurut General Manajer UBPP Antam Dody Martimbang, hingga awal Oktober, Antam mencatat telah menjual 7,6 ton emas. “Itu sudah lewat target,” katanya.
Analis PT Millennium Penata Futures Suluh Wicaksono memaparkan meski tak ada data pasti tentang perkembangan investasi logam mulia di Indonesia, data dari World Gold Council menunjukkan Indonesia adalah Negara dengan permintaan emas perhiasan ketujuh terbesar di dunia hingga kuartal II/2013.
Selengkapnya baca di harian Bisnis Indonesia edisi Selasa (12/11/2013) atau http://epaper.bisnis.com/index.php/PopPreview?IdContent=33&PageNumer=14&ID=119033