Bisnis.com, KUALA LUMPUR—Harga minyak sawit mentah (CPO) bakal merosot ke level terendah sejak 2009 pada Januari setelah pasokan global minyak nabati melonjak dan harga minyak mentah melemah.
Direktur Godrej International Ltd Dorab Mistry mengatakan nilai kontrak mungkin akan melemah ke 2.000 ringgit (US$629) per ton di Kuala Lumpur jika Brasil dan Argentina selaku negara penghasil kedelai terbesar setelah AS, melakukan panen yang lebih banyak.
Dorab mengatakan hal tersebut dalam konferensi industri di Mumbai pada Minggu (22/9/2013). “Namun harga tidak akan jatuh di bawah 2.200 ringgit dalam beberapa minggu ke depan dan akan diperdagangkan antara 2.200 dan 2.400 ringgit,” katanya seperti dikutip Bloomberg.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, CPO sebagai bahan yang digunakan dalam segala hal, mulai dari permen hingga deterjen, bakal mengalami penurunan tahunan ketiga, jangka terburuk setidaknya sejak 1996.
Lebih lanjut, menurunkan harga minyak goreng dapat membantu memperpanjang penurunan harga pangan global yang diukur oleh PBB ke level terendah dalam lebih dari setahun.
Sementara Departemen Pertanian AS memperkirakan stok sawit dunia akan meningkat 17% ke rekor 9,2 juta ton pada akhir 2013-2014 karena permintaan meningkat 4,5%, setidaknya dalam 12 tahun.
Dorab, yang telah menjalani usaha minyak nabati selama lebih dari tiga dekade mengatakan fundamental terhadap harga minyak biji-bijian dan minyak nabati masih bearish.
"Kita tidak bisa mengharapkan pasar menjadi bullish terhadap harga minyak sayur pada 2013-2014, kecuali cuaca sedang buruk," imbuhnya.