Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Naik US$1,41 per Barel

Bisnis.com, NEW YORK  - Harga minyak naik pada Kamis (Jumat pagi WIB) didorong oleh penurunan lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS, data ekonomi AS yang positif dan kekhawatiran tentang serangan militer terhadap Suriah. Kontrak

Bisnis.com, NEW YORK  - Harga minyak naik pada Kamis (Jumat pagi WIB) didorong oleh penurunan lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS, data ekonomi AS yang positif dan kekhawatiran tentang serangan militer terhadap Suriah.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, meningkat US$1,14 dari Rabu menjadi ditutup pada US$108,37 per barel.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik 35 sen menjadi US$115,26 per barel di perdagangan London.

Penurunan kuat yang mengejutkan dalam persediaan minyak mentah komersial AS, memperbaharui harapan pasar untuk meningkatnya permintaan di konsumen energi terbesar dunia itu dan terutama mendukung kenaikan harga WTI.

Departemen Energi mengatakan stok minyak mentah AS turun 1,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 Agustus. Rata-rata analis telah memperkirakan penurunan yang lebih kecil sebesar 200.000 barel.

Penurunan tersebut merupakan penurunan keempat dalam lima minggu terakhir, Robert Yawger dari Mizuho Securities USA mencatat.

Patokan AS kontrak WTI juga diuntungkan dari data ekonomi AS yang positif, termasuk tanda-tanda lambat tetapi meningkat stabil di pasar kerja.

"Data ekonomi yang positif pagi ini, yang datang pada pijakan data yang kuat kemarin, konsisten dengan kekuatan dalam perekonomian, yang selalu mendukung untuk permintaan minyak mentah," kata John Kilduff dari Again Capital.

Data optimis telah memicu spekulasi bahwa Federal Reserve bisa mulai segera mengurangi program pembelian obligasi besar-besarannya, mungkin pada pertemuan kebijakan moneter 17-18 September.

Sementara itu, ancaman serangan militer pimpinan AS terhadap Suriah sebagai pembalasan atas tuduhan serangan senjata kimia pemerintahan Assad terus membayangi pasar.

Meskipun Suriah bukanlah produsen minyak utama, investor khawatir bahwa serangan itu bisa mengacaukan kawasan kaya minyak Timur Tengah dan mengurangi pasokan minyak mentah.

Phil Flynn dari The Price Futures Group mengatakan bahwa minyak mentah Brent tetap rentan.

"Tidak hanya pasar khawatir tentang perang, tetapi khawatir tentang pengetatan pasokan," katanya.

"Minyak mentah berkualitas tinggi semakin sulit untuk diperoleh dan itu berarti bahwa minyak mentah Brent paling mungkin untuk melonjak. Belum lagi Irak di mana serangan terhadap saluran pipa dan kekerasan telah berdampak pada produksi Irak." (Antara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper