Bisnis.com, JAKARTA—Produsen timah pelat merah PT Timah Tbk (TINS) menargetkan kegiatan produksi timah di Myanmar bisa terealisasi tahun depan, setelah proses perizinan rampung dan kegiatan eksplorasi dipastikan dapat dimulai tahun ini.
Direktur Utama Timah Sukrisno mengatakan rencana perusahaan mengembangkan sayap usaha di negara yang dulu bernama Burma itu masih terus berjalan. Setelah proses perizinan selesai, eksplorasi timah di sana diharapkan dapat dimulai tahun ini.
“Target produksi di Myanmar akan ditetapkan berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi,” tuturnya dalam keterangan resmi, Jumat (30/8/2013).
Rencana ekspansi Timah ke Myanmar sempat tertunda karena harus menunggu perizinan pembentukan dua anak perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor tambang itu.
Perseroan berencana mendirikan dua anak usaha dalam rencana ekspansi ke negeri yang sebelumnya bernama Burma itu, yakni PT Timah Myanmar dan PT Timah Mining.
Selain memiliki tambang utama di Bangka Belitung (Babel), perseroan juga memiliki tambang di Myanmar. Bahkan, selain memiliki tambang di sana, perseroan juga berencana membangun fasilitas pengolahan bahan mineral (smelter).
Sistem konsesi tambang di negara tersebut sama seperti di Indonesia. Saat ini, izin yang dipegang perseroan masih izin prinsip untuk eksplorasi.
“Tahapannya sama seperti di Indonesia, jadi izin eksplorasi dulu. Kalau sudah ada data eksplorasinya, baru izin eksplorasi ditingkatkan menjadi izin eksploitasi,” ujarnya.
Saat ini, perseroan sudah mengantongi izin prinsip eksplorasi dan masih melengkapi dokumen untuk mendapatkan izin definitif.
“Kami masih melengkapi dokumen-dokumen, terutama dalam rangka membentuk perusahaan karena antara smelter dengan penambangannya, perusahaannya harus sendiri-sendiri. Jadi kami akan dirikan dua perusahaan, satu untuk tambang dan satu lagi untuk smelter-nya,” ujarnya.
Perseroan menganggarkan dana untuk keperluan eksplorasi di Myanmar selama 3 tahun sebesar US$18 juta. Tambang timah di sana memiliki lahan seluas 10.000 hektare dan diperkirakan mampu memproduksi timah ingot mulai 2014.
Sementara itu, total investasi untuk smelter mencapai Rp100 miliar—Rp125 miliar. Perseroan berharap saat izin definitif untuk eksplorasi sudah didapat, smelter sudah bisa mulai dibangun agar perseroan bisa menampung hasil tambang-tambang rakyat legal yang berada di sekitar lokasi tambang.