Bisnis.com, MAKASSAR — PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) menelan kerugian Rp259,8 miliar selama 6 bulan pertama 2013 di tengah pasar industri pelayaran yang belum membaik.
Padahal, para periode yang sama tahun lalu perseroan masih mencatat laba Rp316,17 miliar sekalipun pendapatan jasa tidak banyak berubah. Rugi yang dicatat APOL itu setelah pendapatan keuangan turun drastis sebesar 98,6%.
"Di semester pertama 2012, perseroan mencatatkan pendapatan keuangan Rp722,7 miliar karena melakukan buyback bond," ungkap Corporate Secretary APOL Dria Soetomo dalam rilis yang diterima Bisnis, Senin (12/8/2013).
Akibat dari pembelian kembali surat-surat utang itu, berdasarkan laporan keuangan, laba bersih pada semester I/2012 berjumlah Rp316,17 miliar. Pada semester I/2013 pendapatan keuangan hanya Rp9,6 miliar.
Pelemahan rupiah juga membawa tekanan pada kinerja keuangan perseroan. Mata uang dollar AS menyumbangkan 23% pendapatan dan 33% komponen biaya. Perseroan masih mencatatkan EBITDA minus 4%.
Pada semester kedua APOL akan berfokus pada pasar domestik dengan tetap melayani rute-rute internasional. Alasannya, perekonomian global belum sepenuhnya pulih, sementara pertumbuhan ekonomi domestik masih tinggi yang ditopang oleh konsumsi dalam negeri.
"Perseroan akan berupaya mempererat kerja sama dengan perusahaan-perusahaan batubara dan sejumlah pengguna jasa," katanya.
Enam dari sembilan kapal panamax masih akan melayani angkutan curah kering internasional, terutama karena infrastruktur beberapa pelabuhan domestik kurang mendukung operasional kapal-kapal berukuran besar.
Selain voyage charter, APOL menargetkan memperoleh kontrak time charter untuk pasar internasional. Strategi lain yang akan dijalankan Perseroan adalah efisiensi bunker atau penggunaan bahan bakar kapal.
Perseroan juga menargetkan dapat menurunkan konsumsi bahan bakar sekitar 3% dalam paruh kedua tahun ini. Selain itu, perseroan akan terus melakukan penjadwalan perawatan dan perbaikan kapal, agar dapat beroperasi secara maksimal.
Ditambahkan bahwa APOL juga akan memaksimalkan kinerja internal audit dengan mengevaluasi sistem dan kinerja kantor-kantor cabang agar dapat menunjang kinerja perusahaan.
Restrukturisasi organisasi juga dilakukan secara intensif dengan memperbarui Human Resources Information System (HRIS) dan menggiatkan pelatihan baik bagi kru di darat maupun di laut.
Sejalan dengan langkah efisiensi itu, APOL berharap akan mulai berdampak pada kinerja di paruh kedua tahun ini.
Target perseroan pada semester II/2013, pendapatan jasa naik 3% menjadi Rp589 miliar dan beban jasa turun 5% menjadi Rp611,9 miliar.
Rugi bersih ditaksir turun 42% menjadi Rp154,5 miliar dibandingkan dengan paruh pertama 2013. EBITDA paruh kedua 2013 ditargetkan mencapai Rp27,4 miliar atau naik dari semester sebelumnya Rp22,6 miliar.
“Tahun ini, APOL optimistis memperoleh EBITDA positif 0,4%, meningkat dibanding EBITDA tahun lalu yang minus 8,1%,” katanya.
Mereka berpandangan bahwa pada 2014, sinyal-sinyal pemulihan pasar pelayaran mulai tampak. APOL akan terus melakukan konsolidasi internal guna membangun sistem operasional yang lebih efisien dan menguntungkan.
Industri pelayaran nasional diharapkan akan lebih bergairah, terutama setelah Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan merealisasikan sistem pencatatan ekspor dengan metode terms of delivery Cost of Insurance Freight (CIF) menggantikan terms of delivery Free on Board (FOB) mulai Agustus ini.